By Christie Damayanti
Berkeliling di perkotaan seperti Singapore, siapa yang tidak mau? Apalagi, aku berkeliling di perkotaan ini bukan hanya sekedar traveling, berfoto2 dan bernarsis ria saja serta mempertunjukkan bahwa kita sudah traveling di Singapore saja!
Aku pun melakukan hal2 demikian, secara aku benar2 seorang yang terbuka, apa yang aku mau lakukan ya, akan kulakukan! Jadi, selain aku melakukan hal2 yan aku ingin lakukan, tetapi ada mvisi dan misi khusus ku untuk mengamati dan merenungi tentang kebutuhan dan fasilitas untuk disabilitas dan prioritas atau lansia ....
Ok, suatu hari setelah berhari2 aku berkeliling dan blusukan ke kawasan permukiman Singapore area menengah kebawah atau sebaliknya, aku memutuskan dan memang diajak oleh mas Kardy chiu untuk berkeliling di kawasan downtown Singapore.
Berkeliling di downtown Singapore adalah bukan sekedar jalan2 daja tetapi aku juga melakukan pengamatan dn survey untuk fasilitas2 perkotaan, khsusnya untuk disabilitas Indonesia.
Bicara tentang pedestrian yang aman dan nyaman, dengan lebar standard di Singapore antara 1,5 meter sampai 1,8 meter, sepertinya bukan hal yang mudah untuk banyak kota atau Negara, karena dengan dimensi yang demikian, berarti akan mengurangi area saleable untuk "dijual". Termasuk juga Jakarta sebagai kota metropolitan.
Tetapi, Singapore yang merupakan sebuah negeri mungil, ternyata tidak masalah dengan standard dimensi besar sedemikian.Berarti, masalahnya bukan standard nya, tetapi bagaimana negeri mungil ini mampu mendidik bangsanya menjadi bangsa yang peduli untuk negaranya!
Sehingga, Singapore mengeurkan standard pedestrian yang cukup besr antara 1,5 meter sampai 1,8 meter, dimana untuk 2 end-user pemakai kursi roda tidak harus berhenti dahulu untuk bisa memberikan jalan kepada yang lain, tetapi keduanya bisa berjalan beriringan dengan dimensi yang besar demikian.