Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SkyTerrace@Dawson, Cluster Apartemen dengan Taman Langitnya dalam Kehidupan Multi-Generasi

22 Agustus 2022   16:56 Diperbarui: 22 Agustus 2022   16:58 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

                                                                                                            

 

Berjalan2 di seputaran Redhill, cluser2 permukiman apartemen di Singapore, sungguh membuatku iri. Bagaimana tidak?

Ratusan apartemen, baik yang dibangun oleh pemerintah atau yang dibangun oleh swasta, terpampang di depan mataku, tegar dan gagah serta monumiental. Detail2 yang tidak terasa bahwa apartemen Ab dibangun pemerintah atau apartemen B dibangun oleh swasta, semakin membuat aku iri.

Sebagai seorang arsitek, aku menginginkan sebuah kota inklusif serta tidak ada atau sedikit saja ada jurang pemisah antar si kaya dan si miskin, sehingga keamanan kta menjadi lebih terjamin. Karena, ketika ada jurang yang terlalu dalam antara si kaya dan si miskin, otomatis akan memperdalam juga jurang keamanan kota tersebut.

Desain2 yang dibangun oleh swasta dan desain2 yang dibangun oleh pemerintah, di Jakarta sungguh terlalu dalam, sehingga nilai prestisge sebuah apartemen atau kondominium swasta dan rumah susun yang dibangun leh pemerintah, benar2 berbeda.

Area bangunnya pun dibedakan, sangat dimengerti karena harga tanah yang jauh berbeda.  Sehingga, jika mau jujur si kaya yang menempati area Jakarta Selatan yang sibuk dengan hedonism nya, akan menganggap si miskin hanya bisa membuat "tidak nyaman" jika si kaya bepergian di area "rendahan".

Arsitek humanis seerti aku, aku tidak ingin perbedaan sehingga sebuah kota harus punya tingkat inklusifitas yang tinggi, termasuk jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin, juga termasuk tentang "ramah disabilitas", untuk perkotaan inklusif.

Berkeliling di Redhill Singapore ini, memang sungguh membuat aku iri secara positif dan ingin sekali aku bisa membangun Jakarta seperti Redhill atau cluster2 apartemen2 di Singapore lainnya dengan konsep yang sma.

Menurut Andry Halim, teman arsitek yang bertempat tinggal di Singapore dan bekerja sebagai kosultan arsitek disana, Redhill memang salah satu area dan kawasan permukiman yang inklusif. Kawasan yang dimana apartemen2 yang dibangun oleh pemerintah dan swasta berada dalam 1 kawasan, dan terlihat sama dan sebangun untuk warga Singapore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun