By Christie Damayanti
Dokumentasi www.furnizing.com
Angkul-Angkul atau Kori dari sebuah Pura, dengan anak2 tangga atau undak2an, dan dengan bukaan pintu yang hanya sekitar 60 cm saja .....
Konsep2 arsitektural bangunan Bali, sudah aku tuliskan di 2 artitel sebelum ini. Itu aku dapatkan dari berbgai referensi2 tentang arsitektur Bali. Dan, bangunan Pura yang merupakan tempat persembahyangan umat Hindu Bali, dijadikan patokan sebagai komsep arsitektural Bali secara umum.
Arsitektur Pura di Bali memiliki aturan yang sangat kompleks dan ketat, mulai dari pemilihan lahan, pengukuran, pemilihan bahan, teknik pengerjaan hingga pemilihan hari baik. Semua filosofi Arsitektur Bali diterapkan secara eksklusif pada Arsitektur Pura di Bali.
Dengan konsep demikian, jelaslah bahwa bangunan2 arsitektural Bali benar2 harus sesuai dengagn filosofis budaya Bali. Penerapan lahan dan pengukuran, jelas terbukti dengan berbagai ragam detail2 konstruks, termasuk undak2an atau anak2 tangga.
Anak2 tangga, jelas berhubungan dengan pengukuran, dimana ketika sebuah lahan sudah sesuai dengan luasan yang dibutuhkan, tetapi mereka membutuhkan tempat yang lebih luas, sehingga mereka harus membangun anak2 tangga atau undak2an, sehingga luas lahan bisa sedikit lebih luas.
Dengan demikian, keberadaan anak2 tangga atau undak2an ini, mampu memberikan ruang lebih luas, tetapi undak2an atau anak2 tangga itu tidak mampu membuat semua orang bisa melakoninya.
Undak2an atau anak2 tangga itu susah dilewati orang2 yang fisiknya terbatas, seperti untuk orang tua dan untuk disabilitas. Bahkan, untuk anak2 pun, tangga cukup berbahaya, karena memang belum mampu untuk bisa seimbang.
Pura sebagai dasar dari filosofis arsutektur Bali, diterapkan secara eksklusif untuk bangunan2 Bali tradisional.membuat tata cara konsep ini benar2 dijalankan dengan baik. Artinya, bahwa dengan adanya undak2an atau tangga2 di Pura dan rumah2 Bali ini, akan "menghambat" sebagian warga Bali (anak2, lansia dan disabilitas) susah untuk memasuki Pura dan rumah2 tradisional Bali.