Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kekosongan", Perenungan tentang Kesedihan, Kebingungan, Keegoisan ataukah Menyeramkan?

25 Juli 2021   11:58 Diperbarui: 25 Juli 2021   12:14 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba

By Christie Damayanti

Olimpiade Tokyo 2020, sedang berjalan.

Upacara Pembukaannya, cukup "meriah" jika kita melihatnya dari video atau youtube atau televisi. Jam 8 malam waktu Jepang, menyamarkan semuanya.

Gegap gempita music, kembang api atau atraksi "visi dunia" yang melayang di angkasa Tokyo lewat lebih dari 1000 drone, memang menyamarkan apa yang telihatt di video, yuotube atau televisi.

Aku hanya membayangkan, justru keramaian berada di luar International Olympic Stadium di Sendagaya. Ramai dari pengunjuk rasa yang memprotes dan yang tidak setuju olimpiade ini diadakan, karena pandemic.

Kata reporter disana, keadaan disana memang berbeda dari yang aku bayangkan. Katanya, terlihat "menangis dan meratap", dibanding sorak sorai dan bahagia ......

Aku tidak tahu keadaan sebenarya, karena aku tidak jadi berada disana. Ketika aku sudah membeli tiket untuk menyaksikan Olimpiade Tokyo 2020 ini, pada saatnya di bulan Agustus 2020 lalu, pandemic melanda dunia.

Tiketku di refund, dan aku hanya bisa membayangjkan jika pandemic tidak menyerbu .....

Tetapi, aku mempunyai teman yang tinggal di Chiba. Dan dia mendaftarkan diri untuk menjadi salah satu volunteer untuk membantu kegiatan pertandiang di olimpiade ini.

Dia mendapat tugas di venue Makuhari Messe di Hall 8, membantu tentang kegiatan pertandingan taekwondo dan gulat.

Tugasnya di bagian teknologi, venue result team member, memasukan data entry score di computer, salah satunya. Dia juga harus mem-video-kan rekam pertandingan takwondo untuk penilain juri, jika mereka butuh untuk melihat ulang .....

Dia menajdi volunteer untuk Olimpiade selama 4 hari tanggal 24 -- 27 Juli 2021 dan pada Paralimpiade tanggal 28 -- 29 dan tanggal 2 -- 4 September 2021.

Walau aku hanya diceritakan saja, bagaimana tugasnya dan dia mengirimkan foto2nya saja, tetapi aku ikut senang dan excited! Bahkan aku berpikir, jika aku sedang disana, mampukan aku melakukan tugas2 seperti dia?

***

Tugas2 nya sekarang ini, sedang berjalan dan dia sering mengirimkan foto2 sepanjang perjalanannya kesana. Katanya, tidak semua bagian boleh difoto dan boleh di share, Jadi, aku hanya bilang, kirimlah foto2 yang boleh dishare saja, ya .....

Kemarin, dia mengirimkan banyak foto2, yang awalnya aku tidak mengerti apa artinya. Ternyata, dia memotret tentang "kekosongan" ......

"Kekosongan", sebuah perenungan tentang kesedihan, keegoisan, kebingunan ataukan menyeramkan?

Ketika suatu saat, aku mendapatkan kantor kami yang kosong melompong, tanpa teman, tanpa ob, tanpa boss2, yang ada hanya aku yang selalu datang sebelum jam 7.00 pagi.

Aku memang datang sebelum jam 7.00 pagi, supaya pekerjaan rutinku cepat selesai tanpa gangguan telpon atau gangguan tamu2 yang datang, dan jam 9.00 pagi dimana semuanya sudah datang, aku hanya tinggal pekrjaan2 baru, tanpa menggaggu pekerjaan rutinku.

Pada saat antara jam 7.00 sampai jam 9.00, kadang kala aku menjadi sedikit mellow. Kesepian seringkali membuat aku harus diam sejenak dan mereungi tentang apapun.

Lalu, ketika PSBB pertama di tahun 2020, dan membuat kami harus bergantian bekerja di kantor dan berganti bekerja di rumah, ketika aku saat bekerja di kantor, "kekosongan" itu semaki melanda.

PSBB membuat kantor kami tidak ada suara2 dan tanpa tamu yang datang. Perja2 hanya bileh 50%, membuat sepi dan "kekosongan" itu semakin menyayat. Apalagi, ketika 25% yang bisa bekerja di kantor, sepi dan "kekosongan" itu semakin berat .....

Begitu juga, ketika temanku yang sebagai volunteer di Chiba iu bercerita tentang foto2 yang dikirimkannya untukku.

Aku bisa membayangkan, karena aku sering ke Jepang. Ketika stasiun Jepang selalu ramai denagn suara2 dan toko2 dimanapun selalu ramai dengan pembeli.

Dokumentasi pribadi dari Maria, Chiba
Dokumentasi pribadi dari Maria, Chiba

                                                                                                   

Tempat informasi, yang tidak dipakai karena tidak ada penonton yang memerlukan informasi ...

Orang2 lalu lalang mengejar kesibukannya masing2, tanpa satupun yang hanya bisa diam di tempat. Seperti aku, jika aku berjalan sendirian keliling Jepang, seringkali aku hanya bisa terbengong2 melihat ramainya warga Jepang di manapun, dengan kesibukanya masing.

Tetapi,

Dari foto2 yang aku terima dari temanku itu, dan dari cerita yang dituliskan lewat whatsApp, pikiranku melayang2 .....

Olimpiade Tokyo 2020 ini, yang awalnya ku membayangkan sebuah keramaian yang luar biasa, bahkan mungkin aku akan bingung harus kemana karena warga disana yang sibuk untuk menonton pertandingan2, pada kenyatannya sekarang, area pertandingan tersebut seperti sebuah kota mati ......

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba

                                                                                                  

Titik2 makanan dan minuman seperti kantin, yang terbengkalai, karena tidak ada penonton ddan yang pansti tidak aka nada pembelian ......

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
                                                                                                   

Tempat penjualan pernak pernik souvenir resmi, yang tidak ada barang2nya, karena tidak ada penonton. Padahal, tempat seperti ini, yang dicari penonton, untuk membeli kenangan2 tentang Olimpiade Tokyo 2020 .....

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
                                                                                                  

Box2 tempat samph yang siap digunakan dengan pembsgian2 sampahnya, untuk ikut membersihkan venue2 pertandingan, yang saat ini hanya diam teronggok di sudut ruangan .....

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba

Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
Dokumetasi pribadi, dari Maria di Chiba
                                                                                                  

Ambulance yang siap menerima tugas jika ada yang segera dilarikan ke rumah sakit secara emergensi, dan sebuah mobil yang bertugas mengantar dan menjemput .....

Dari foto2 diatas, hatiku seperti "tertekan". Sebuah rasa yang aku pikir adalah wajar, karena "kekosongan" itu hanya tinggal menjadi suatu keseraman .....

Rasa serampun sering melanda jika kita biasanya melihat keramaian, tetapi sekarng yang ada adalah kekosongan, kesendirian dan akhirnya ada titik2 seram yang muncul, karena tidak ada apa2 disana .....

Rasa sedih pun melanda ku.

Mungkin agak lebai, pastinya ketika aku seakan2 aku berada disana, padahal aku berada di Jakarta. Keswdihan yang melanda itu dari berbagai sebab, salah satunya tentang apa yang ada disana itu sepertinya semya adalah sia2 saja.

Dana dan materi yang sudah dibuat dan diadakan, semua sia2. Barang2 yang sudah dibuat, pasti hanya teronggok di gudang, dan tenaga2 yang mengerjakan dan nantinya harus memasarkannya, tidak akan melakukannya.

Lalu,

Rasa kesedihan itu, meloncat kepada rasa kebingungan. Kebingungan untuk apa?

Aku bingung, bagaimana Jepang harus "mengembalikan" semua ini seperti sedia kala?

Barang2 souvenir yang sudah dipersiapkan, pasti sudah jadi, tetapi tidak akan terjual. Jika terjual melalui online pun, berapa besar dan berapa lama 

Klo makanan, mungkin tidak terlalu bermasalah, karena tidak akan dibuat dan disiapkan jauh2 hari sebelumnya, tetapi  persiapan2 itu pasti tetap sudah siap untuk dilakukan. Ada rasa yang tidak nyaman.

Bagaimana dengan keegoisan?

Tidak ada kata egois untuk sebuah pengundurn karena pandemic yang melanda dunia. Tetapi, keegoisan ini tercetus ketika Olimpiade ini dipaksakan untuk tetap diselenggarakan. Keegoisan ini, terlihat seperti apa yang reporter katakana pada upacara pembukaan.

Ada rasa seperti "menangis dan meratap", ketika pada even pembukaan itu ada yang aneh karena tanpa penonton.

Barang2 itu seperti menangis dan meratap. 

Barang2 yang teronggok di ujung ruangan itu hanya diam dan menunggu kapan bisa dipakai.

Baang2 itu, jika tidak terpakai, dan entah sampai kapan akan terpakai sebelum dihancurkan, terlihat semakin "menyeramkan", karena tidak mempunyaiorang2 yang mempergunakan .....

"Kekosongan" itu mengiris hatiku, walau aku hanya melihat foto2 yang Maria kirimkan untukku.

Sebuah perenungan yang dalam, akibat ruang dan barang yang "kosong" ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun