Dari foto2 diatas, hatiku seperti "tertekan". Sebuah rasa yang aku pikir adalah wajar, karena "kekosongan" itu hanya tinggal menjadi suatu keseraman .....
Rasa serampun sering melanda jika kita biasanya melihat keramaian, tetapi sekarng yang ada adalah kekosongan, kesendirian dan akhirnya ada titik2 seram yang muncul, karena tidak ada apa2 disana .....
Rasa sedih pun melanda ku.
Mungkin agak lebai, pastinya ketika aku seakan2 aku berada disana, padahal aku berada di Jakarta. Keswdihan yang melanda itu dari berbagai sebab, salah satunya tentang apa yang ada disana itu sepertinya semya adalah sia2 saja.
Dana dan materi yang sudah dibuat dan diadakan, semua sia2. Barang2 yang sudah dibuat, pasti hanya teronggok di gudang, dan tenaga2 yang mengerjakan dan nantinya harus memasarkannya, tidak akan melakukannya.
Lalu,
Rasa kesedihan itu, meloncat kepada rasa kebingungan. Kebingungan untuk apa?
Aku bingung, bagaimana Jepang harus "mengembalikan" semua ini seperti sedia kala?
Barang2 souvenir yang sudah dipersiapkan, pasti sudah jadi, tetapi tidak akan terjual. Jika terjual melalui online pun, berapa besar dan berapa lamaÂ
Klo makanan, mungkin tidak terlalu bermasalah, karena tidak akan dibuat dan disiapkan jauh2 hari sebelumnya, tetapi  persiapan2 itu pasti tetap sudah siap untuk dilakukan. Ada rasa yang tidak nyaman.
Bagaimana dengan keegoisan?