Banyak bukti2 yang sering aku jabarkan di banyak tulisanku tentang ini, termasuk arstikel2 baru ku tentang "menyusuri jalan protocol Sudirman -- Thamrin" ini .....
Ketika aku keewa dengan tidak adanya "jalur kuning" dan berubah menjadi "jalur abu2 gelap" di stasiun MRT ini, aku cukup terkesima dengan pelayanan petugas2 stasiun. Wajah yang ramah dengan tutur kata nya jelas, serta keinginan terus untuk membantu aku, cukup membuat aku senang.
Di stasiun Thamrin sampai Gelora Senayan, space antara peron dan kereta cukup tipis, sehingga aku bisa melaluinya dengan kursi roda ajaibku tanpa masalah.
Tetapi dari Stasiun Gelora Senayan menuju sebaliknya untuk ke Stasiun Setia Budi, karena mobil mas Ivan diparkir di Hotel Le Meredien, ternyata space antara peron dan kereta cukup besar, sehingga bisa saja roda kursi roda ajaibku, tersangkut.
Sehingga, petugas stasiun Gelora Senayan, sepertinya menghubungi petugas Stasiun Setia Budi, untuk menjemputku disana, dengan membawa "ramp mobile" untuk aku turun dari kereta ke peron.
Aku masuk kereta dari peron Gelora Senayan, dengan memakai "ramp mobilr", tetapi ternyata di Stasiu Setia Busi, tidak ada yang menjemputku. Sehingga, aku minta tolong mas Ivan untuk menjaga kursi roda ajaibku jika rodanya tersangkut ......
Apa yang akan ku katakan?
Bahwa, konsep MRT untuk melayani disabilitas kursi roda, sudah sangat baik, dengan keramahan dan kepeduliannya. Tetapi, memang perlu dan terus harus diperbaiki, untuk bisa menghailkan sebuah "kota yang ramah disabilitas".
Bahwa, kota ramah disabilitas oun, bukan hanya sekedar membangun kota dengan fasilitas1 yang cangih, tetapi juga bagaimana kota ini ramah bagi warga disabilitas .....
Lanjut .....