Aku hanya menunggu saja, sampai kapan rencana NYA digenapi untukku ....
Di hari kesepuluh ini, aku sudah cukup terbiasa dengan kedaanku.
Aku memang harus terus beradaptasi, bagaimana untuk aku bisa bertahan. Otak kiriku memng mulai tenang. Karena aku sudah mampu mengerti, bagaimana aku bisa sedikit mengendalikan nya.
Jika aku stress dan sedih, otak kiriku pasti berdenyut. TErus berdenyut kalau aku tenggelam dalam kesedihanku. Dan aku bergumul dengan depresiku.
Tetapi, jika aku mulai sadar untuk bangkit, sedikit demi sediit denyutan otak kiriku semakin berkurang. Apalagi, jika aku meminta pertolongan Tuhan untuk menghentikan denyutan otak kiriku, tiba2 menghilang.
Pagi itu, setelah aku sudah beres dengan makan pagiku dan sustre2 itu merawat ku dengan sangat baik bersama senyum celotehku dengan suara bergumam seperti alien dan kata2 yang semakin jelas (menurutku), Dokter Gandhi masuk ke ruanganku.
Adikku pun datang, bersama dengan Dokter Gandhi, dan mereka sudah terlibat pembicaraan seru yang pastinya berhubungan denganku, sepertinya.
Mereka tertawa berdua, aku yakin ada kabar baik untukku. Untuk keberadaanku disini.
"Mbak, mungin beberaoa hari ini kamu bisa pulang. Rumah sakit akan akan mengusahakan untuk itu. Masalahnya memang banyak."
"Kamu harus terus berbaring selama perjalanan di pesewat. Dan pesawat pun harus mempunyai fasilitas sesuai prosedur untuk membawa pasien pasca-stroke"Â
"Termasuk peralatan kesehatan untukmu. /okgen, pating utama karena otakmu sebenarnya belum mamu untuk perjalanan jauh dan lama, serta diatas ketinggihan puluhan meter dari permukaan bumi"