By Christie Damayanti
Namanya Sugiyama. Kami memanggilnya Mr.Sugiyama. Seorang tua Jepang, berumur sekitar akhir 60an. Beliau pemiliki sebuah toko yang menjadi minimart Seven Eleven, di distrik Shin Urayasu, prefecture Chiba jepang.
Mr. Sugiyama adalah atasan atau boss nya Michelle, anakku sejak tahun 2017. Beliau sangat ramah, bergotong royong dengan istrinya mengelola Minimart Sevel nya. Pegawai2 nya adalah anak2 muda kuliahan dan sekelas SMA untuk bergantian menjaga minimartnya, 24 jam.
Michelle mulai bekerja dari bawah sekali. Mulai baru bisa bersosialisasi di Jepang, pertengahan tahun 2017 sambil kuliah, dan mencari pekerjaan part time dan menjadi karyawan disana.
Awalnya, pekerjaan Michelle adalah bertanggung jawab dengan barang2 di toko, mulai dari stock barang, menambah barang2 dan memperhatikan tanggal2 kadaluwarsa. Serta yang paling penting adalah memperhatikan kebersihan disana, terasuk menyapu dan mengepel toko .....
Waaaaaaaaaa .....
Pertama kali aku kesana dan melihat sensiri bahwa Michelle mau mengerjakan semua pekerjaan itu sendiri tanpa mengeluh, membuat aku trenyuh. Bukan karena malu dengan pekerjaan yang setara dengan assten rumah tangga di Indonesia, tetapi aku trenyuhkarena itu anak di Jakarta adalah "princess", dengan segala fasilitas yang sangat aku perhatikan.
Tetapi, dengan cara NYA, Tuhan memang mau menggembleng Michelle untuk menjadi seorang perempuan tangguh dan mandiri, dan akan menjadi seseotang yang berpengaruh di dunia. Itulah keyakinanku .....
Dengan prestasi kerjanya, baru beberapa bulan, dia diangkat menjadi seorarng kasir di minimart itu. Tugasnya bertambah untuk mengelola pemasukan2 minimart dan tetap menjaga kualitas toko serta bertanggung jawab seperti sebelumnya.
Â
Hasilnya adalah, Michelle dipromosikan sebagai LEADER Â atau Store Manager Minimart Seven Eleven Shin Urayasu Chiba ......
Mr. Sugiyama semakin "terkenal" karena kebaikannya untuk mensejahterakan karyawan2nya. Beliau sering mengajak karyawannya, libur 1 hari dan bermain keluar kota, dengan mobil pribadiny dan semua ditanggung oleh nya.
Tahun 2018 dan 2019, Michelle baru bisa ikutan main ski di Mount Gunma pada saat musim salju, dan tahun 2020 ini, Mr. Sugiyama mengajak karyawannya untuk main ski di pegunungan Nagano.
***
Cerita tentang Mr. Sugiyama yang mengajak aku dan Michelle berkeliling ke Kawagichino ini memang cukup membuat hatiku berbunga. Karena, Michelle berhasil untuk bersosialisasi dengan lingkungan nya, dan mampu memberikan nuansa yang berbeda sebagai warga asing  yang kuliah dan bekerja di Jepang.
Aku sungguh berbahagia, bukan karena itu saja tetapi karena Michelle semaki mantap untuk mencari network dan link2 lokal Jepang, dimana memang dia serius untuk tinggal dan berkarya di Jepang.
Ketika aku disana dan aku berada di lingkaran hifup Mr. Suiyama ini, anganku melayang. Aku merasakan betapa Mr. Sugiyama "kesepian" karena beliau tidak dikaruniakan anak dengan istrinya, sehingga aku sangat mengerti mengapa minimart Sevel nya, semua karyawan2nya adalah anak2 muda, dari berbagai Negara.
Beliau cukup tegas, terbukti ketika Michelle beberapa kali bercerita, ada beberapa karyawannya yang sedang magang tetapi akhirnya tidak diterima bekerja karena presentasi pekerjaannya tidak memuaskan.
Tetapi ketika karyawannya sangat memuaskan dengan hasil pekerjaannya, beliau tidak segan2 mencoba mensejahterakan karyawannya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah memberikan berbagai panganan dan cemilan dari tokonya untuk kaaryawannya setelah sekesai bekerja, setiap hari.
Juga, mengajak karyawan2nya untuk berlibur seharian, bermain ski di musim salju. Atau beberapa karyawannya yang dianggap sangat memuaskan dengan hasil pekerjaanya, di promosikan dan di training oleh Sevel pusat, untuk dijadikan "seseorang" disana, termasuk Michelle .....
Setiap hari aku pas menjenguk Michelle, aku pasti menjemputnya sekitar jam 22.00. Karena Michelle selesai bekerja jam 10.30 malam. Beres2 sampai jam 23.00 baru pulang.
Michelle juga teman2nya, akan membawa puang banyak panganan dan cemilan. Ada bento, sayur2an, roti, kue dan sebagainya. Dan, untuk panganan2 yang dibatas kadaliwarsa pun, tidak akan di jual lagi. Dan karyawannya pun boleh membawa pulang untuk sisa hari dirumah.
Michelle sering membawa pulang dan memakannya di malam hari sampai pagi hari. Begitu selama ini, membuat anakku ini bisa dibilang, tidak mengeluarkan uang sedikitpun, karena makan dan kereta atau transportnya ditanggung pekerjaannya .....
Tuhan memang Maha Baik ......
Ketika aku merasa sangat bingung waktu Michelle berkeras untuk tinggal di jepang, sementara Negara ini sangat "tidak ramah" dengan bahasanya dan biaya hidup serta biaya sekolahnya sangat tinggi. Tetapi yang terjadi sama sekali tidak pernah aku pikirkan.
Bahwa, Tuhan memberikan Berkat2 NYA yang luar biasa seturut dengan Rencana NYA.
Memang aku terpikirkan tentang seorang Mr. Sugiyama?Â
Memang aku bisa terpikir tentang karies Michelle sebagai LEADER dan mampu membiayai hidup dan kuliahnya?Â
Atau, tentang prestasi2 yang diraih oleh anakku untuk akhirnya dia mampu menjadpatkan apresiasi2 dari tempat nya kuliah dan bekerja?Â
Mr. Sugiyama adala h salah satu "malaikat Tuhan", yang memabwa Michelle sebagai salah satu bagian dari Rencana Tuhan di Jepang. Mr. Sugiyama juga merupakan "alaikat pelindung Michelle", untukku, karena aku merasa aman dengan Michelle bekerja disana.
Dengan keberadaannya, aku diam2 menganggap Mr. Sugiyama sebagai "ayahku" atau "kakek Michelle", dan wajahnya pun sangat ramah. Aku bisa sedikit "berantung" untuk menitipkan Michelle ke tangn yang aku percaya .....
Tahun ini 2020, jia aku datang lagi mengjenguk Michelee di Jepang, Mr. Sugiyama berjanji untuk kami tiggal 1 hari di ruamhnya di sebuah kota, dimana dibelakangnya terdapat hutan Sakura.
Waaaaaaaaa .......
Aku tidak sabaaaarrrrrrr .......