By Christie Damayanti
Nishi Funabashi.
Sebuah 'kota kecamatan' di distrik Chiba, kota pendukung Tokyo sebagai ibukota Jepang, merupakan tempat hatiku berlabuh .....
Mengapa?
Ya, karena anakku, Michelle, malaikat kecilku, pelabuhan hatiku, sekarang bertempat tinggal. Ketika Tuhan memberikan jawaban atas permintaan Michelle untuk bersekolah dan tinggal di Jepang datang, aku sudah bersiap untuk 'melepas' dia, sejak April tahun 2017 ini.
Michelle, anakku yang kecil memang unik dan seorang anak ajaib. Itu pun kata2 dokter2nya sejak kecil. Karena Michelle sudah mengalami permasalahan dalam hidupnya sejak di dalam kandungan. Dengan aku hamil bersama tumor yang terus berkembang menjadi kanker, mendesak Michelle dan selalu kesakitan.
Sampai pada akhirnya, Michelle dilahirkan dengan paksa berumur 7 bulan, mengalami 'kuning', terlilit tali pusat, sampai ketika dokter mengangkat dia dari rahimku yang dibedah secara Caesar, Michelle pun tidak menangis, dengan tubuh biru lebam. Dan ketika itu, aku menjerit dan menangis, seakan hidupku ikut pergi bersamanya .....
Lalu, bagai sehelai rambut dibelah 1000, tiba2 Michelle menangis dan berteriak! Tubuhnya meronta2 dan aku lega, sebelum akhirnya aku mati suri dengan perdarahan hebat, membanjiri meja operasi yang mendukung tubuhku!
Aku tidak peduli, jika aku mati! Yang aku pedulikan adalah, anakku selemat! Puji Tuhan! ......
Lalu, di umur 4 bulan Michelle hidup dari 2 bulan harus berada di ruang kecil inkubator, dan sering kejang2 (step), dokter menemukan bahwa pendengaran Michelle 'sedikit' tergnggu. Untukku, bukan sedikit, tetapi sudah sampai aku membayangkan akan mempunyai seorang anak tuna rungu!!!