Rencana Tuhan tidak pernah salah dan pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya! Sehingga kepercayaanku kepada Tuhan membuat aku mampu bangkit. Dan himpunan energi2 positif yang ada di tubuhku, memberikan aku mampu untuk terus berkarya serta justru bisa melayani.
Cerita tentang aku melayani, bukan berarti aku menjadi seorang Pendeta dan melayani di gereja. Tuhan memberikan konsep ‘melayani’ adalah melakukan yang terbaik dengan profesi kita masing2. Sehingga dengan talenta yang Tuhan berikan kepadaku sebagai seorang penulis amatir, aku mampu berkarya membuat beberapa buku yang semuanya aku persembahkan kepada Tuhan.
Tuhan juga memberikan talenta yang lain kepadaku, bahwa aku terus berusaha untuk berteman dan bersahabat dengan siapapun. Termasuk kepada teman2 disabled. Bukan karena aku juga seorang disabled, atau karena munafik, tetapi lebih karena aku ingin ‘merangkul’ mereka. Karena masih banyak insan disabled yang sangat depresi dalam menghadapi hidupnya.
Beberapa teman dan sahabat2ku mengalami yang seperti iu, sehingga begitu aku dulu merasakan sebuah keterpurukkan karena stroke dan aku mampu bangkita sampai seperti sekarang ini, aku terus merusaha ‘merangkul’ mereka dalam menjalankan hidup dan masa depan mereka.
Hampir semua sahabat2 kaum disabled yang dulunya terpuruk dan tidak mau melakukan aktifitas sehari2 dn hanya merenungi diri serta terus ‘marah’ kepada Tuhan, mereka mulai berusaha untuk semangat dan beberapa dari mereka justru melakukan terapi menyembuhkan diri sendiri dari keterpurukkannya.
Bahwa teman2 dan sahabat2 kaum disabled yang justru lebih percaya diri dalam menjalani kehidupan mereka, dibandingkan aku, menjadikan aku terus terpacu untuk lebih bisa berkary dan melayani, terutama untuk kaum  yang ‘tersikirkan’ seperti insan disabled, anak2 dan remaja dan kaum ibu yang belum mendapat ‘rangkulan’ dari banyak orang.
Inilah yang membuat aku terus merasa terinspirasi untuk lebih baik lagi. Walau aku tidak tahu bagaimana cara aku melakukannya, karena aku juga seorang insan disabled. Tetapi paling tidak, aku bisa menuliskan ‘perasaan mereka’ lewat tulisan2ku, untuk memotivasi mereka dan untuk menggalang kepedulian banyak orang dalam mereka bisa ‘merangkul’ kaum yang ‘tersingkir’ dalam banyak bentuk. Mungkin hanya untuk simpati saja dengan sekedar mendoakan mereka, atau paling tidak jangan ‘menyingkirkan’ mereka dengan kata2, kesinisan dan ketidakpedulian .....
Kami, kaum disabled tidak ingin dikasihani. Kami hanya ingin dimengerti dn kami juga hanya ingin berbaur dengan insan normal. Tetapi karena masih banyak dari mereka yang justru ‘menyingkirkan’ kami, sehingga aku yang juga sebagai insan disabled, beruaha untuk mengetuk hati banyak orang tentang keingninan kami. Bahwa kami juga manusia dan warga negara, sehingga hak2 dan kewajiban kami sama dalam bermasyarakat.
Tuhan memberikan fisik kami memang seperti ini, tetapi Tuhan tidak melihat kami dari fisik kami, sehingga aku percaya bahwa kami tetap mampu berkarya!
Terima kasih sahabat, tetap dukung kami untuk menjalankan kehidupan kami sebagai insan disabled .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H