Masalahnya adalah, orang2 Indonesia adalah orang2 yang bergengsi tinggi, sehingga mungkin tidak banyak yang mau membeli mobil yang tidak bergensi tinggi atau mobil2 yang hanya dibutuhkan karena fungsinya, bukan karena kebanggaannya!
Hmmmmm.
***
Selama kami berwisata ke eropa, memang banyak sekali city car yang berseliweran di kota. Tetapi karena kami tidak punya waktu untuk memperhatikan, aku hanya mencatat bahwa city car di kota2 yang kami kunjungi, benar2 dimanfaatkan warga. Warga Eropa tidak terlalu membutuhkan “gengsi”, tetapi justru yang mereka butuhkan adalah fungsi.
“Form follow function”, bentuk mengikuti fungsi. Sebuah city car, bentuknya kecil, untuk mengikuti fungsinya sebagai mobil2 kecil yang lincah di perkotaan. Tidak butuk tempat parkir banyak (bahkan hampir sama dengan motor), dan tidak boros dengan tempat duduk. Lincah serta sebuah city car ebih baik tidak usah memakai bensin untuk bahan bakarnya, tetapi lewat panas sinar matahari atau elektrik.
Lebay g sih?
Ternyata tidak tuh!
Dibeberapa negara yang ke datangi selama berwisata di Eropa Barat, aku menemukan city car ada di Paris dan Roma. Ketika di Amsterdam, mobil2nya sebagian besar yang teelihat adalah mobil2 kecil tetapi tua dan masih terawatt dengagn baik, seperti mobil Arie Zonjee, sebuah Volvo 145 yang terawatt baik.
Di Paris memang banyak mobil2 mahal, sejalan dengan kota Paris sebagai salah satu pusat mode dunia, pastinya termasuk mobil2nya, bukan? Tetapi banyak terdapat city car yang kecil mungil dan lincah. Kalau di Swiss, mungkin juga berhubungan dengan salah satu negara kaya dunia, mobil2nya pun memang terbilang baru dan mahal.
Dan di Roma justru ku menemukan city car yang benar2 berbeda …..