Di Swiss, kami sempat ke beberapa kota terkenal. Dari Zurich, Luzern, Gunung Pilatus, Gunung Titlis, Engelberg dan Rappenswil. Dan dari Rappenswil, kami mampir ke negara ke-4, yaitu Liechtenstein,dengan 1 kota yaitu ibukta Vaduz.
Kota Vaduz, membuat kami sedikit ‘terheran2’, dengan salah satu negara terkecil di dunia, dan berada di tengah2 negara Swiss yang cantik. Dan anak2ku belajar banyak tentang ini, bahkan juga aku, yang memang belum pernah ke Liectenstein. Untukku sendiri, negara ini merupakan mimpiku, karena aku sampat mendapatkan beberapa surat balasan dari King Franz Joseph II, tahun 1982. Dan negara ini mempunyai komunitas filateli dunia, dengan koleksi2nya yang cantik!
Catatan :
Aku menulis tentang keindahan alam Swiss, juga sudah aku buku kan dengan judul “Cinta yang Tertinggal di Swiss dan Liechtenstein”, dan juga sudah aku launching bersama dengan buku tentang Belanda dan Belgia, tanggal 20 Desember 2015 di Kalibata City Square, Jakarta.
Di Paris, kami merasakan banyak kekecewaan. Selain hujan deras sampai kami kehujanan dan tidak bisa ke tempat2 wisata yang terkenal (kami hanya sempat berfoto di kejauhan dengan hujan lebat di Musee Louvre), juga banyak warga kota Paris yang tidak menghargai kami sebagai wisatawan asing, dan aku sebagai disabled diatas kursi roda.
Begitu juga pengemudi2 taxi yang seenaknya saja tidak memberikan alternatf membayar dengan kartu kredit, sementara karena “salah perhitungan” ku ini, membuat uang cash Euro kami hanya tinggal 30 Euro saja, sementara setiap naik taxi kami harus membayar antara Euro 25 – Euro 35.
Walau kami bisa sempat berada di lantai ke-2 Eiffel Tower, tetapi kami tidak bisa melupakan kenangan cukup buruk di kota Paris. Bahkan ketika Michelle anakku yang kecil ku tanya, apakah jika kita ada kesempatan lagi berwisata ke Eropa, kota pa yang ingin kamu datangi, dan ddia menjawab,
“Asal buka Paris, aja mama …”
Tetapi Paris sempat meninggalkan kenangan membahagiakan ketika kami berkunjung ke Euro Disney Paris, dimana anak2ku benar2 berbahagia dengan permainan2 yang mereka suka, sementara aku hanya duduk di beberapa café, sambil menunggu mereka bermain. Sepuasnya!