Membangun lahan baru yang dikuasai mereka, dan warga Jakarta pun tersingkir. Lahan itu justru hanya untuk warga minoritas, bukan untuk kesejahteraan kita semua. Padahal, wrga yang mayorritas ini justru yang seharusnya diberikan tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk idup sejahtera …..
Jadi, intinya jika negara atau kita semua benar2 serius mau memperbaiki keadaan Jakarta, mau memperbaiki harkat dan martabat warga kota supaya mereka tidak menempati daerah2 slum , memperbaiki kota Jakarta untuk menjadi kota yang nyaman untuk bertepat tinggal, kita harus benar2 menerapkan konsep kepedulian. Membangun rumah sesuai tata arahan negara.
Misalnya, pengembang itu seharusnya membangun konsep 1 : 3 : 6. Artinya, dengan membangun 1 rumah mewah dan 3 rumah menngah serta 6 rumah sederhana, diharapkan tercipta kesinambungan antra manusia …..
Apakah ini bisa berkelanjutan?
Seharusnya bisa. Tetapi jangankan 1 : 3 : 6. Dilanjalankan, bahkan kelompok minoritas kota Jakarta sekarang justru ‘mencaplok’ kelompok mayoritas. Walaupun semua warga harus mengupayakan semuanya untuk bisa mempunyai tempat tinggal dengan bentuk dan ukuran yang sewajarnya, tetapi jika dilihat dari kacamata Jakarta sekarang ini, sepertiya lahan Jakarta tidak akan cukup untuk menampng semua warga, apalagi jika warga minoritas justru “mengambil hak”, warga mayoritas ……
Keserakahan manusia itu lah yang mengambil semuanya!
***
Berbeda ketika kita bicara tentang warga kota yang seharusnya tidak ke Jakarta. Kaum urban ini memang harus diperhatikan. Sangat wajar ketika mereka datang ke Jakarta dengan setumpuk mimpi. Bisa membeli rumah dan hidup dalam gelimang kemewahan. Tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk itu.
Jika negara atau pemerintah memang mau serius untuk meratakan pembangunan, seharusnya pemerintah membangun secara fisik itu merata disetiap bagian kota, bahkan sampai pedesaan. Sehingga warga tidak ingin ke Jakarta, karena tempat hidup nya sudah nyaman ….. dan menurutku, itulah yang Tuhan inginkan bagi semua umat NYA …..
Area hidup kita sekarang memang berada di abad ke-21 dimana peduduk dunia memang sedang hijrah ke perkotaan. Ini memang kenyataan. Termasuk Jakarta dengan segala minim fasilitas, dimana justru membuat kota kita semakin stress. Globalisasi dunia, membuat Jakarta semakin tidak bisa berkutik karena sudah sibuk denan permasalahan2nya secara local. Padahal globalisasi justru menjadi ajang persaingan dunia.
Sementara Jakarta masih sibuk dengan masalah2nya, dunia sudah melesat jauh kedepan. Sementara Jakarta masih berkutat dengan masalah2 kehidupan yang real dan hakiki, dunia sudah menduduki planet Mars untuk tempat tinggalnya …..