Pemerintah belum melakukan apapun, sehingga justru lahan pemakaman Jakarta, penuh dengan kambing2 dan domba2, pedagang2 bunga, bahkan tempat tinggal gelandangan sampai tempat pelacuran2 karena gelap.
Ketidak-pedulian dan tidak-mautahuan ‘mereka’, menjadikan lahan pemakaman dianggap sebuah lahan yang bisa ‘dijadikan duit’. Toh, siapa sih yang mau datang ke kuburaan, kecuali disaat2 tertentu saja? Padahal lahan beberapa pemakaman memang berada di tempat2 strategis, dimana jika dijual nilainya pasti sangat mahal!
Contohnya adalah TPU Menteng Pulo.
Daerah lahan pemakaman disana sangat luas, sekitar 11.000 Ha. Ketika jalan raya Casablanca dibangun, TPU ini dibongkar dan ratusan kavilng dijadikan jalan. Mungkin kalau jalan raya ini dibangun, tentu sudah dilakukan survey yang mendalam sebelumnya. Tetapi setelah jalan Casablanca ada, semakin menariklah lahan2 di sisi jalan itu, untuk dijadikan bangunan2 umum, yang pastinya menjadi lahan mahal.
Lalu banyak pengembang yang tertarik untuk “membeli” lahan tersebut dan dijadikanlah apartemen2 mewah dengan “cemetery view” yang “indah menawan” ……
Untuk lahan pemakaman di pedesaan di Indonesia, merupakan lahan yang dikeramati. Tidak boleh pedagang, apalagi rumah. Tetapi di Jakarta, lahan pemakaman salah2 malah digusur, dijadikan apartemen atau mix-used. Sering kali, warga Jakarta justru ketakutan bahwa kuburan sanak saudara dibongkar atau dipindahkan. Dan issue yang berkembang, TPU Menteng Pulo sepertinya akan menjadi kenangan saja, nantinya …..
**Padahal makam papa dan kakakku sekarang berada di TPU Menteng Pulo …..**
Ketika pemerintah Jakarta mulai sadar tentang lahan pemakaman yang seharusnya menjadi lahan penghijauan, penyerapan dan RTH, mungkin sudah terlambat. Pengembang2 sudah mengambil alih lahan2 itu. Padahal dengan area sekitar 11.000 Ha, Jakarta akan mempunyai RTH, penyerapan dan lahan hijau sebagai paru2 kota yang cukup luas.
Kenyataan kebutuhan kota untuk penghijauan sebenarnya sangat mendesak. Dari kebutuhan minimal hijau sekitar 30% luas kota Jakarta, sekarang ini hanya mempunyai ruang hijau sekitar 9% sampai 11% saja. Sangat jauh!
Jauhnya lahan hijau kota, tentunya berdampak dengan tingkat stress warga kota. Ini hanya dari kebutuhan “menghirup udara segar” saja, akan menjadikan warga kota semakin stress.
Bayangkan, ketika kita bekerja keras tetapi kita tiak bisa menghirup udara segar, maka sesak nafaslah kita. Apalagi meang tidak ada harapan, berapa lama lagi kita bisa ‘bernafas’ dan menghembukan nafas dengan nyaman?