Warna warni budaya local, lagi2 tergusur oleh teknoogi.
Tidak salah koq! Sama sekali tidak salah, ketika jaman ssemakin maju serta teknologi merambah dunia. Tetapi, ketika jaman dan teknologi merupakan masa depan bangsa, TIDAK SEHARUSNYA BUDAYA dan TRADISIONAL itu menjadi tersisih!
Kita sebagai warga kota metropolitan Jakarta, itu sudah lupa bagaimana suara burung2 menciap2 di depan pekarangan rumah. Kita juga lupa bagaimana suara cengkerik dimalam yang sunyi, beganti deru moor tetangga. Kita juga lupa melihat embun pagi karena tergusur dengan polusi pagi. Aahhh …..
Keanearagaman makhluk pun mulai tergusur dari ke-egois-an manusia. Anak2 muda dengan kejam menembak anjing luar atau kucing liar, hanya karena hobi, tanpa sadar hahwa Tuhan sudah menciptakan anjing atau kucing atau hewan2 yang lain itu pasti mempunyai maksud tersendiri.
Rantai makanan sebuah ekosistem perkotaan, pasti sudah lama hancur, dengan punahnya beberapa jenis hewan. Bahkan sekarang pun cicak yang harusnya makan nyamuk, meeka memakan nasi atau makanan2 yang dikonsumsi manusia ……
Marilah berpikir tentang, “Sampai kapan ini terjadi?”
Karena semakin diamati, sepertinya memang dunia semakin tidak menentu. Dan keanekaragaman semakin menjadi satu, yairu ke-egois-an manusia yang menginginkan sebuah keseragaman dalam dunia modern saja, tanpa mengindahkan berbagai makhluk ciptaan Tuhan …..
Dan konsep keanekaragaman untuk membangun kota, akan terus pupus, juga sejalan dengan ke-egois-an manunisa. Manusia sebagai warga kota.
Jakarta tanpa keanekaragaman kultur budaya dan sejarah nya?
Balik lagi :
"Itu sama saja bohong, membangun Jakarta tanpa identitas ….."