Aku bersama tim DNIKS serta beberapa pengurus dan beberapa guru berjalan lagi. Aku menuju sekelompok anak-anak perempuan sedang menghitung uang serta mencatat. Aku menghampiri mereka dan bertanya,
“Wahhhhh… dapat banyak uang ya? Jualan apa?”
Anak perempuan itu menjawab,
“Jualan jus buah. Teman-teman pesan. Tante mau pesan juga?”
Aku tersenyam. Kata seorang guru, mereka sudah dewasa, lebih dari umur sekolah. Lebih dari 20 tahun. Tetapi mereka baru belajar untuk awal perjuangan untuk masa depan mereka. Mereka diajarkan membuat jus buah. Ada alpukat dan jambu. Dan pemesanan dari teman-teman mereka lebih menyukai alpukat. Mereka menjual Rp 5000,-/gelas.
Aku memesan jus alpukat. Mereka jingkrak-jingkrak mendengar pesananku, dan aku trenyuh sambil tersenyum.
Bayangkan... Cuma sekadar jus alpukat seharga Rp 5000,- mereka jingkrak-jingkrak dan memelukku. Ya… Selvi juga yang ‘memimpin’ penjualan jus ini, dan dialah yang memelukku. Apakah kita ‘tega’ untuk tidak membantu mereka dengan cara pemberdayaan?
Kuncinya adalan tetaplah tersenyum…
Tetaplah memandang mereka dengan kasih…
Tetaplah ‘menyentuh’ mereka lewat hati yang peduli...
Dan mereka akan membalasnya lewat sinar matanya yang penuh bahagia…