By Christie Damayanti
Lihatlah wajah2 mereka! Mereka haus atas informasi dan pengajaran. Hanya sekedar bercerita tentang ikan hiu serta hewan2 yang lain lewat buku2ku yang khusus aku beli untuk edukasi mereka di pameranku, mereka sudah sangat senang dan bahagia …..
Sebelumnya :
Kakek Teddy itu Berumur 88 Tahun …..
“Surat itu Apa, Tante?”, Tanya Mereka
Bincang-Bincang dengan Kompasiana di Hari Kedua Pameranku
Anak-anak dan Dirjen Kementerian Kominfo di “Gallery of Animals”
Persiapan “Gallery of Animals” di Lokasi Hanya 5,5 Jam saja!
***
Anak-anak memang sumber inspirasi. Anak-anak memang merupakan inspirator. Begitu kata bapak Kalamullah Ramli, atau aku memanggillanya pak Muly, salah satu inspiratorku untuk aku selalu berkarya di bidang edukasi dalam filateli. Itu yang beliau katakana di artikelku sebelumnya, bahwa anak2 adalah sumber inspirasi ……
Pak Muly adalah Dirjen PPI dari Kementrian Kominfo dan dari beliau lah aku terus semangat untuk mengedukasi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja lewat berbagai macam kegiatan dan hobi, terutama hobi filateli.
Pada pembukaan pameranku, Senin tanggal 26 Oktober 2015 lalu pun datang sekolah SD. Konsepku memang untuk edukasi sehingga pembukaan setiap pameran-pameranku berusaha mendatangkan sekolah-sekolah untuk aku langsung berinteraksi dengan mereka. Mulai dengan pengenalan tema dan hobi, lalu disusul dengan pengenalan tentang benda-benda filateli. Dan itu selalu berlangsung di ke-7 pameran tunggalku .....
Setelah pembukaan secara formil berlangsung dengan Kemetrian Kominfo dan Pos Indonesia serta komunitas-komunitas filateli yang ada, dan setelah peninjauan pameran dengan pak Muly dan pejabat-pejabat Kementrian Kominfo dan Pos Indonesia, dan setelah mereka semua pulang sekitar jam 11.30 siang itu, aku pun mulai berinteraksi dengan belasan anak-anak imut dan pintar tersebut.
.....
Ini sedikit rekaman edukasi yang aku mulai berikan tentang tema pameranku, lingkungan dan binatang dalam "Gallery of Animals" , di Youtube (klik link dibawah ini) :
“Edukasi Anak melalui Filateli Kreatif”
“Mereka sangat haus akan infomasi. Kita bisa memasukkan banyak hal di otak mereka untuk apa yang kita inginkan. Pengetahuan. Mendidik mereka untuk masa depan. Mata-mata merekaa bersinar-sinar ketika aku bercerita tentang binatang. Tentang Prangko. Banyak pertanyaan dari mereka. Bertubi-tubi.
Mataku basah karena hatiku berdarah ketika kita semua sebagai orang dewasa kurang memperhatikan mereka, anak-anak itu. Mereka hidup ‘dewasa’ lewat gadget dan orang-orang yang tidak peduli dengan pertumbuhan mereka. Sungguh, mataku merah terus sambil aku bercerita …..
Lihatlah wajah-wajah mereka. Kita tidak bisa dan jangan memaksa mereka untuk menyukai prangko atau apapun yang kita inginkan. Jangan ada di pikiran kita untuk membentuk mereka menjadi apa yang kita inginkan. Jangan ada dipikiran kita untuk menduplikasi kita untuk masa depan mereka. Mereka bukan duplikasi kita. Tetapi arahkanlah mereka untuk menjadi diri mereka sendiri ……
***
Selama pameran tunggal ku yang ke-7 akhir Oktober 2015 lalu, ada 7 sekolah PAUD dan TK di sekeliling Central Park di lingkungan Podomoro City. Salah satunya adalah sebuah SD dari jalan Juanda (ternyata justru dari SD Santa Maria) dimana setelah pulang sekolah khusus ke Central Park untuk melihat pameranku, sekitar belasan pelajar umur 9 - 12 tahun bersama guru dan orang tua mereka. Aku senang sekali karena promosi-promosi pameranku berhasil untuk mengundang banyak kalangan.
Awalnya mereka hanya sekedar berjalan-jalan berkeliling di jajaran panel-panel materi pameranku. Mereka bergerombol sambil ngobrol. Tertawa ketika mereka menemukan gambar-gambar lucu dii panel-panel itu. Saling meledek saling tertawa lepas, adalah bagian kehidupan anak-anak menjelang remaja seperti mereka .....
Lama-lama mereka tertarik dengan prangko-prangkonya. Kudengarkan diskusi mereka tentang prangko, antara anak-anak lelaki,
"Eh ... lu tahu prangko kan? Nyokap gue sering ceruta twbtang prangko. Katanya dulu nyokap gue koleksi prangko", kata seorang anak.
"Tahu donkkkk ..... tapi gue ga tahu gimana caranya", anak yang lain menimpali. Maksudnya mungkin si anak ini tidak mengerti cara bekerja sebuah prangko.
"Gini nih ... (anak pertama bercerita) ... lu tulis surat terus masukin amplop. Terus prangkonya ditempel di amplop terus kasih alamatnya. Terus nyokap gue bawa ke kantor pos ... udah gitu aja. Gampang kan?", jawab anak pertama.
Anak yang diajak diskusi terlihat manggut-manggut, entah mengerti atau tidak. Aku tersenyum simpul saja. Mata jenaka mereka terus berputar2 sambil mencari obyek yang lain, untuk diskusi ......
Ada lagi diskusi yang lain, ini antara anak-anak perempuan :
"Kamu tahu ga, prangko Indonesia ada ga yang gambar binatang?", tanya seorang anak.
"Wah, aku ga tahu. Yang disini sepertinya ga ada prangko binatang Indonesia”, jawab anak yang ditanya.
Aku langsung menghampiri mereka. Kutunjukkan panel-panel khusus prangko-prangko Indonesia tentang binatang. Di koleksiku banyak prangko bertema burung, beberapa prangko burung Indonesia. Prangko-prangko Indonesia tentang gajah, komodo, badak, serra orangutan dan beberapa jenis binatang yang lain, membuat mereka terlongong2. Apalagi ketika aku tunjukkan prangko shape tentang penyu cantik yang baru terbit tahun 2014, mereka terlihat takjub! Karena prangko penyu itu adalah berbentuk khusus seperti penyu …..
Aku tetap dan terus tersenyum menatap mereka. Celotehan mereka mungkin sama dengan celotehan anak-ana PAUD sebelumnya, tetapi yang ini aku tidak terlalu susah untuk menerangkan kepada mereka. Karena merela mulai remaja dan pemikirannya lebih baik. Walaupun mereka belum mengerti banyak tentang prangko ......
Setelah sekitar 30 menit mereka berkeliling tertawa dan saling bercakap-cakap, mereka menuju ke meja tempat aku meletakkan semua benda-benda filateli untuk edukasi. Aku memberikan cukup banyak prangko-prangko bekas. Kubiarkan mereka bebas memilih, prangko yang mana yang mereka inginkan. Aku juga terus mengedukasi tentang tema binatang dan prangko. Dan mereka pun semakin tertarik. Dan aku bahagia ......
Setengah jam itu memang menguras tenagaku. Aku berkeliling ..... dengan mereka di pameranku seluas sekitar 315 m2, sambil berbicara dan terus tersenyum tanpa bisa berpegangan sama sekali, membuat tenaga dan energiku habis. Aku hanya takut jika mereka menyenggolku, karena aku akan jatuh. Untung saja mereka berhati-hati setelah aku katakan pada mereka bahwa aku cacat .....
Tetapi setengah jam itu adalah salah satu setengan jam yang paling membahagiakan selama pameranku berlangsung. Ya, benar sekali kata-kata pak Muly diatas ..... bahwa anak-anak itu adalah motivator, terutama untukku. Ketika mereka banyak bertanya kepadaku, otakku terus berputar untuk mencari jawabannya. Semakin banyak pertanyaan, semakin senang hatiku. Jika tidak ada yang bertanya, aku tidak membayangkan betapa sepinya pameranku ditengah-tengah keramaian .....
Ketika justru sebagian pengunjung dewasa malu dan takut mengisi buku tamu bahkan menhindar sewaktu aku dekati, justru anak-anak lah yang berebut bertanya-tanya bahkan minta difoto dan narsis denganku. Anak-anak itu memang merupakan motivatorku. Dan pasti juga motivator2 semua orang tua. Dan aku berjanji pada Tuhan untuk terus melakukan edukasi lewat hal apapun, terutama lewat kegiatanku Filateli Kreatif.
Indonesia kita membutuhkan anak-anak yang cerdik dan enerjik. Indonesia kita masih banyak membutuhkan generasi-generasi muda untuk masa depan dunia. Dan anak-anak yang seperti ini, anak-anak yang terbuka hati dan pikirannya, yang akan membuat Indonesia bangga di mata dunia .......
Salam filateli ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H