By Christie Damayanti
[caption id="attachment_258497" align="aligncenter" width="562" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]
Kami sedang dalam perjalanan ke Bandung .....
Salah satu pertanyaan dari beberapa orang dalam Talk Show di Acara Hari Kartini di pinisi taggal 26 April 2013 kemarin ( lihat tulisanku "Jadul"-nya Cerita Ibu Kartini Bersahabat Pena, Masa sih? ), adalah,
"Siapakah sahabat pena mba Christie yang paling bermakna dalam hidup mba Christie, dan apakah sekarang masih berhubungan dengan mereka?"
Aku tersenyum dan sangat bergairah menceritakannya. Secara aku masih berhubungan dengan beberapa sahabat pena, walau beberapa tahun terakhir, kami tidak berhubungan lagi karena (mungkin ) kesibukan masing2 dan setelah aku sakit ....
Sahabat pena dari luar negeri yang paling teguh memegang tali persahabatannya adalah seorang bapak2 tua ang tidak menikah, yang sekitar tahun 1980-an awal sudah berumur sekitar 40-an tahun, berarti tahun ini umurnya sekitar 70-an tahun, seumur orang tuaku. Namanya Albert Osterholm dari Lousiana, Amerika Serikat. Kami pernah bertemu di Amerika ketika kami berlibur disana. Dari Dallas tempat adikku tinggal, kami naik mobil ke Florida dan sempat bertemu walau hanya beberapa jam saja di New Orleans, Amerika Serikat tahun 2000.
Ada lagi sahabat pena dari Maasland, Negeri Belanda. Namanya Mario Speth. Dia sedang berjalan2 di Kintamani Bali, dan berkenalan disana. Dan dia bersahabat pena denganku, sekitar awal tahun 1990-an dan kami sekeluarga pernah menginap di rumahnya di Maasland ( sekitar 1 jam naik kereta listrik dari Amsterdam ) selama 1 minggu.
Juga ketika aku bersekolah di Perth, West Australia, aku berteman dengan 1 kelas di jurusan Bisnis disana. Setelah selesai dari pendidikan kami, kami bersahabat pena dengannya. Namanya Marion ( aku lupa nama keluarganya ) dari Swiss, dan dia sempat tinggal di rumahku sekitar 2 minggu, tahun 1994.
Lain lagi Susan ( aku juga lupa nama keluarganya ) dan keluarganya dari Canada. Kami bertemu ketika aku dan keluargaku ( orang tua dan adik2ku ) sedang berkunjung ke Eropa Barat ke 8 negara tahun 1991. Kami dalam 1 tour bus, dan kami bersahabat selama 2 minggu. Setelah kami masing2 pulang, aku meneruskannya lewat bersahabat pena. Dan sekitar tahun 1993 mereka datang ke Jakarta dan tinggal di rumahku sekitar beberapa hari.
Sangat menyenangkan ketika sahabat2 kita bisa merasakan dunia indah persahabatan. Aku yang benar2 suka dengan persahabatan, dan ingin sekali aku bersahabat dengan semua orang. Karena dengan bersahabat, dunia akan terasa indah. Dan jika dalam persahabatan kita dengan tulus, aku percaya bahwa sahabat2 kita akan merasakannya dan akan penuh mrndukung dalam apapun yang terjadi .....
Sebenarnya, aku bisa saja menceritakan tentang mereka langsung tanpa foto2. Tetapi aku sangat ingin memberikan tulisan, cerita dan bukti bahwa tulisan2ku adalah benar2 sesuai dengan apa yang ada .....
Foto2 tentang ini selalu aku simpan. Tetapi karena dulu belum ada kamera digital, aku mem-fotonya lewat kamera jadul dengan roll-film, sehingga aku harus mencari dan men-scan nya dahulu. Jadi karena baru ada foto Marion, maka cerita tentang sahabat penaku yang memberkas dalam hatiku, baru ada cerita tentang Marion .....
***
Marion adalah gadis Eropa. Aku benar2 lupa, nama keluarganya, tetapi agak susah, ke-Perancis2-an. Dia tinggal sendiri di Swiss, seumur denganku. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih, wajahnya khas Eropa. Baju dan penampilannya pun khas kaum Eropa, pada waktu itu. Seperti kaum hippies. Kami bersahabat selama tinggal di Perth, belajar bersama di jurusan bisnis, walau tinggal tidak sekamar. Aku kos di Daniella di Grand Promenade bersama dengan Con dan Caroll Michailidis, orang tua angkatku ( lihat tulisanku Jejak Nostalgia: Masa-masa Kuliah di Perantauan ) dan Marion tinggal sendiri di apartemen di Mirrabukka, pinggir kota Perth sekitar 1 jam dari tempat kost ku. Dia memang lebih suka tinggal sendiri di daerah yang tenang, tepi kota.
Aku dengan Bahasa Inggrisku yang ke-Indonesia2-an dan Marion dengan Bahasa Inggrisnya yang ke-Perancis2-an, Â ternyata kami bisa menjalin persahabatan yang nyaman. Walau tidak setiap kali kami makan bersama di kampus atau tidak setiap kali kamu hang-out bersama, persahabatan kami tetap berjalan, terutama untuk tugas2 kami di kuliah2 kami.
Seperti yang aku sudah ceritakan, aku dulu memang seorang yang introvert. Pulang kuliah, aku hanya duduk di perpustakaan atau di downtown Perth untuk memberi makanan burung2 camar atau ke Fremantle. Dan sore hari aku pasti sudah ada di rumah untu bercanda dengan 'keluarga' ku disana, ataupun bermain piano, salah satu hobiku.
Tetapi tidak dengan Marion. Dia benar2 tumbuh sebagai kaum muda Eropa kebanyakan, dengan gaya hippiesnya. Pulang kuliah, dia sering kali mengajak teman2 Eropanya untuk hang-out sampai malam. Sering kami bertemu di downtown, walau aku tidak bergabung dengan gruop teman2nya, karena itu memang bukan duniaku .....
Ketika aku pulang setelah kuliah selesai, Desember tahun 1993, Marion berkeliling Asia sebelum pulang ke Swiss, sehingga sekitar bulan Maret 1994, Marion menelponku karena dia akan datang ke Jakarta sebelum ke Bali. Sebelumnya, kami terus berkirim surat sebagai sahabat pena. Dan suatu malam di bulan Maret 1994, Marion datang ke Jakarta, yang aku jemput dengan keluargaku dan dia tinggal di rumahku selama hampir 2 minggu .....
Kami di kebon kami di Cipayung dengan latar bbelakang 'gubug' kami dan kebon kami ..... Marion belum pernah melihat kebon seperti ini .....
Marion, dengan bangga mencabut singkong yang lumayan besar, di kebon kami di Cipayung.
Aku mengajaknya kemana2, sampai ke Bandung dan mengajarinya hidup sesuai dengan Indonesia. Ya alammnya yang cukup panas untuknya, makanannya dengan sambal ( dia suka ssekali sambal ), memetik jagung dan mencabut singkong di kebunku di Cipayung ( lihat tulisanku ..... ) sampai menyeruput es degan dari buah kelapa langsung, yang membuat dia tertawa2 senang. Ke Taman Mini membuat dia tertegun2, katanya betapa besarnya Indonesia dengan ratusan adat-istiadat, dibanding dengan negaranya yang demikian kecil ......
Marion yang senang sekali 'menyeruput' degan, langsung dari buah kelapanya.
Marion heran sekali melihat buah2an bergantungan. Apalagi pisang. Katanya, pisang di Swiss adalah buah mahal dan di letakkan sseperti makanan mahal ... hehehe, disini pisang termasuk buah yang murah, kan?
Dalam perjalanan di Bandung ......
Begitu juga aku ajak dia bertemu dengan Orang Utan di Taman Safari, sampai yang awalnya dia takut dan jijik, Marion bisa dengan percaya diri menggendong anak Orang Utan disana .....
Sungguh menyenangkan .....
Kami di Ciater, salah satu mata air panas disana .....
Aku bawakan beberapa baju batik untuk meluarga dan teman2nya disana, aku juga bawakan beberapa jenis sambal botol, terutama sambal botol Lampung yang dia sangat suka.
Kami di Taman Mini Indonesia Indah
Persahabatan ......
Sebuah kata yang ingin sekali aku terus jalankan, dengan semua orang. Dimanapun, siapapun, dan bagaimanapun rupanya, persahabatan merupakan salah satu 'kunci iman'ku. Bahwa persahabatan yang tulus, merupakan perwujudan kata KASIH, sesuai yang Tuhan Yesus ajarkan pada kita semua. Yaitu, KASIH,
"Kasihilah sesamamu manusia, seperti mengasihi dirimu sendiri" ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H