Sepertinya, banyak persamaan2 pemikiran antara aku dengan beliau. Dan jangan lupa bahwa, aku selalu memantau sepak terjang beliau untuk urusan fisik Jakarta, lewat tulisan dan mengirimkannya lewat akun twitter beliau bersama Ahok dalam 'Jakart Baru'.
Kembali lagi tentang sodetan sungai, Â yang mana Jokowi membatalkan keinginannya. Itu sangat baik, secara seprti yang aku tuliskan tentang itu Memang 'Sodetan Sungai' sama dengan 'Sedotan?',bahwa untuk mengubah sebuah siklus dan alur alam, sebenarnya Tuhan sama sekali tidak menginginkannya. DIA ( Tuhan ) meminta kita manusia untuk MENJAGA alam dan makhluk2 ciptaannya dengan sebaik2nya, BUKAN merusakannya!
Sehingga Jokowi terus melakukan peremajaan sungai dengan kebutuhan2nya ( DAS dan mencarikan lahan bagi pemukiman di bantarn sungai ), memulai untuk untuk membuat sungai2 di Jakarta lebih bisa menerima air kiriman dari Bogor dan air hujan. Itu merupakan tindakan yang paling bisa diterima untuk menanggulangi banjir. Karena seperti yang aku tuliskan di banyak artikel2ku di Kompasiana ini, bahwa kerusakan alam dan lingkungan ( terutama di Jakarta ), adalah saah satu sebab terbesar dari banyak bencara alam Jakarta, seperti BANJIR .....
Dan untukku, Jokowi merupakan tokoh sentral untuk pemulihan Jakarta, ditengah2 banyak tokoh yang ingin 'menggulingkan' Jokowi dengan kata2 hujaman dan fitnah2 keji. Untuk itupun, aku tidak tahu dan tidak peduli. Yang aku pedulikan adalah bahwa Jokowi salah satu yang dikirim NYA untuk pembenahan dan pemulihan Jakarta.
Kemarin, aku menerima beberapa BBM tentang 'elektabilitas palsu Jokowi'. Bahkan hari ini pun, banyak Kompasianer menuliskan tentang itu. Hahaha ..... sedikit copas dari salah satu BBM :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demi mendorong popularitas Gubernur DKI Jakarta sampai ke titik tertinggi, segala cara dilakukan oleh Stanley Bernard 'Stan' Greenberg, konsultan politik, pollster, ahli strategi pemenangan pemilu-pilpres nomor wahid di dunia, yg ternyata terbukti selama ini bertindak sebagai 'sutradara atau otak' di balik rekayasa pencitraan dan melambungnya popularitas Jokowi selama dua tahun terakhir.
Di samping itu, fakta mengenai kinerja Jokowi yg buruk, tercermin dari kegagalan Jokowi menyerap anggaran APBD secara maksimal (hanya 55%, terendah dari seluruh propinsi di Indonesia), mandeknya program2 pembangunan daerah, serta ketidakmampuan Jokowi memenuhi janji2 kampaye yg diucapkannya pada saat Pilkada tahun 2012 lalu.
Bencana banjir besar di Jakarta dan kemacetan lalu lintas yg semakin parah, menyebabkan penilaian rakyat Jakarta semakin negatip terhadap kinerja Jokowi. Hasilnya, popularitas Jokowi di tengah2 masyarakat semakin tenggelam.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagai warga Jakarta yang tidak mengidolakan, atau juga yang tidak peduli apakah Jokowi bersandiwara dan sedang mencintrakan dirinya sebagai Gubernur yang baik, mungkin aku bisa mempertanggung-jawabkan sebuah prinsip dan konsep pemikiran tentang pemulihan Jakarta.