Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Kebayoran Baru': Sebuah Kenangan Masa Sekolah di Kenyamanan Lingkungan

9 Oktober 2013   12:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:47 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***
Awal mulanya, Kebayoran Baru memang diperuntukkan sebagai suburb untuk pemukiman mengeah keatas. Masih tersisa rumah2 mewah jaman Belanda, seperti rumah2 mewah jaman itu juga di daerah Menteng ( lihat tulisanku 'Weltreveden' : Taman Wisata Jaman kolonial Belanda untuk Jakarta dan 'Multi-Culture' : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta, Konsep Dariku, Mungkinkah? ). Rumah tunggal dengan atap dan plafond tinggi dan pekarangannya penuh dengan pepohonan. Jaman aku sekolah, rumah2 mewah itu semakin banyak, tetapi tetap menataati peraturan pemda untuk membangun sebuah rumah. Desain dan konsep rumah2nya, berbalik hampir 180 derajat, ketika sekitar tahun 1990-an. Desain arsitekturnya berubah pesat dengan konsep Post-Modern bercampur gaya klasik kental di beberapa rumah, atau sekitar awal tahun 2000, gaya Mediterian menjadi favorite. Dengan rumah2 besar, desain2 tersebut menjadi lebih unik dan leluasa untuk 'dipamerkan' kepada lingkungan.

Rumah2 itu benar2 rumah yang nyaman, sesuai dengan aturan pemda. Ada lahan ruang terbuka hijaunya, ada tempat untuk bermainnya ataupun sebagian bahkan ada tempat untuk kolam renang. Dan pohon2 besar, memayungi bukan hanya rumah serta mobil2 mereka di car-port. Nyaman sekali .....

Jalan2 utama Kebayoran Baru berubah total. Dari dahulu hanya sekedar 'jalan utama' yang memang lebih besar, palingan hanya ada mini market, restauran atau fasilitas2 umum standard, sekarang jalan2 tersebut menjelma sebagai salah satu tempat nongkrong kaum eksekutif muda Jakarta Selatan.

Jalan Wolter Monginsidi, dari tepat Gereja Santa sampai perempatan jalan Patimura, sudah berubah meenjadi tempat nongkong bari eksekutif muda Jakarta Selatan yang menyukai makanan Korea. Banyak sekali resto korea atau cafe2 cantik disana. Aku tidak tahu, apakah warung sate kambing di jalan Cikajang, sebuah jalan kecil yang masuk dari jalan Wolter Monginsidi, masih ada atau sudah tutup. Tetapi ternyata jalan ini masih merupakan tempat favorite bagi pelayar SMK Penerbangan yang beberapa waktu lalu sering tawuran.

Jalan Senopati sekarang ini lebih berkembang sebagai tempat eksekutif muda berkongkow-ria. Dengan dibangunnya banyak fasilitas2 kaum muda seperti resto import, bakery, cafe2 cantik, salon2 dan butik2 mahal serta sebuah apartemen mewah sudah bercokol disana. Sembari dari Kebayoran Baru ke CBD Sudirman atau ke Widya Chandra, kita bisa melihat2 sepanjang jalan Senopati. Konsepnya jelas, dan menurutku tidak terlalu melaggar aturan. Hanya ruang parkir yang seharusnya dipikirkan, karena fasilitas2 ini membutuhkan ruang parkir yang cukup luas.

Jalan Wijaya, dari jalan Mampang Prapatan ke kanan menuju Iskandarsyah, sekarang juga sangat berubah. Aku ingat rumah temanku yang tiggal di jalan Wijaya dan setelah dijual, berubah menjadi hotel kecil. Cukup sedih ketika aku ingat pernah bermain kesana. Banyak cafe2 import, tetapi kemarin aku kesana, sepertinya warung siomay salah satu langgananku masih ada. Atau lain?

Dan sentra2 tempat nongkronng sebagian kaum eksekutif muda disana, bertambah lagi di Raden Patah, belakang Sekolah Al-Azar, yang terkenal dengan Roti Bakar Pak Eddy-nya .....

Menikmati Kebayorn Baru sekarang memang berbeda dengan Kebayoran Baru dahulu sewaktu aku masih sekolah. Tetapi jalan2 perumahan yang aku sebutkan diatas, ternyata tidak banyak berubah. Rumah2 teman2ku masih ada. Ada yang tetap masih sama, tetapi ada juga yang di desain ulang. Pepohonannya banyak yang tidak ditebang, pohon2 tua yang rindang, serta ruang terbuka hijau nya cukup untuk membuang gas CO dari knalpot kendaraan yang ada. Tetapi pada intinya, warga Kebayoran Baru sudah sadar apa artinya hidup dalam rumah dan lingkungan yang nyaman ......


Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun