Aku menjawab, "Pak, saya tidak tahu apa yang Tuhan mau dari saya dan dari bapak. Saya pun sering bertanya. Tetapi saya tetap semangat dan percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan rancangan kecelakaan bagi kita, juga bagi saya dan bapak. Pun, jika saya tidak sembuh, saya tetap bersyukur dengan keadaan saya, karena secara medis, saya tidak bisa 'bangkit' lagi ....."
Begitu juga ketika yang tidak mempunyai biaya untuk berobat walau mereka ingin sembuh. Hatiku trenyuh, karena aku merasakan sendiri, bahwa sebagai insan pasca stroke, sangat ingin mendambakan sembuh karena secara fisik terasa 'berat' karena kelumpuhan, dan secara otak, tidak mampu untuk berpikir jernih .....
Sejak saat itu, aku bertekad untuk memberi 'sesuatu' bagi mereka, insan pasca stroke, yang tidak mempunyai dana untuk berobat dan menjalani terapi .....
Jujur, aku sering menangis, mataku sering basah, ketika semua keluarga, teman dan sahabat, apalagi Valentino, yang sangat mendukungku pada acara ini. Diam2 aku ssering menghapus air mataku ..... Diam2 aku sering menyembunyikan wajahku karena pasti wajahku memerah ketika emosi ssedang melandda ..... dan suaraku sering beergetar menyembunyikan perasaan hatiku yang begitu campur aduk .....
Dan tidak ada yang lain kecuali sahabatku, Primus wartawan Kompas.com, yang membujuk aku menulis di Kompasiana. Dan dia semakin percaya padaku, bahwa AKU BISA! Terima kasih, sahabat .....
Primus, sahabatku dan pak Halim dan ibu adalah boss ku yang sangat sayang dan peduli dengan keadaanku, walau aku tidak seperti dulu, tetapi beliau tetap memberikan aku peluang untuk terus bekerja sebagai arsitek .....
Aku dan keluarga besarku yang sempat datang serta beberapa sahabat Kompasiana serta tim Radio RPK ( mas Humto ) yang datang di acara ini .....