Valentino yang membuat semua mata, terutama aku, membasah dengan slade-slade yang 'menceritakan' kehidupanku dari bayi, sampai sekarang sebagai wanita 'cacat' ... apalagi ketika slade mulai dalam kehidupanku yang sedang terserang stroke ..... ( foto diatas, slade ketika aku masih lumpuh 100% sedang beljar berbicara 1 kata di San Francisco ).
Nyanyian2 pujian serta kotbah mba Adel, membuat pikiranku melayang sejak aku pertama kali terserang stroke, bagaimana aku berusaha untuk bangkit, bagaimana aku berusaha untuk berbicara dari 1 kata ke 1 kata, dan bagaimana aku mencoba untuk menggerakkan tubuh kananku yang lumpuh serta bagaimana aku bergumul dengan hatiku .....
Slade demi slade membuat mataku basah, bagaimana aku dulu sejak kecil, jaman sekolah, jaman kuliah sampai bekerja, dengan kelincahan seorang Christie, sebagai gadis kecil yang manis, remaja outri yang tomboy sampai preman proyek yang beringas dalam pekerjaan, membuat mataku semakin membasah ...... membuat hatiku sedikit tersentak, begitu banyak yang aku alami sampai aku menjadi seorang wanita 'cacat' karena stroke ......
Aku tidak tahu, bagaimana Valentino yang sangat mengasihiku bisa membuat aku sangat percaya bahwa AKU BISA ! Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku bisa membuat sebuah buku yang ternyata bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Aku juga tidak pernah membayangkan bahwa aku BISA membuat buku!
Dalam sesi 'Bedah Buku', aku memulainya dengan mengapa aku tiba2 ingin mempersembahkan untuk Tuhan melalui orang2 stroke yang tidak mempunyai biaya untuk berobat. Bermula ketika aku diminta untuk berbicara di depan 500 insan pasca stroke di Departemen Kesehatan ( lihat tulisanku  Merajut Kemandirian Bagi 'Stroke Survivor': Sarasehan pada Hari Stroke Sedunia - 29 Oktober 2011). Dimana banyak insan pasca stroke seperti aku, yang depresi ( walau mempunyai uang untuk berobat dan terapi ) atau yang semangat ( tetapi tidak memounyai uang untuk berobat atau terapi ) .....
Aku pada 'Bedah Buku' ku .....
Aku duduk di atas panggung, dan aku melihat wajah2 kuyu dan banyak yang terlihat stress. Beberapa menanyakan, apa yang aku lakukan untuk membuat wajahku selalu berseri2, walau aku cacat. Bahkan ada seorang bapak tua yang stroke sudah 10 tahun, tetapi masih duduk di kursi roda, dan beliau 'marah' kepada Tuhan.
Katanya, "Mengapa saya dibiarin seperti ini? Mengapa hidup saya hancur seperti ini?"