By Christie Damayanti
[caption id="attachment_169944" align="aligncenter" width="473" caption="Illustrasi - jama.ama-assn.org"][/caption]
Catatanku, seorang pasca stroke yang mengalami stroke perdarahan .....
Seperti yang banyak aku tuliskan di banyak artikelku tentang stroke di Kompasiana, stroke ( penyumbatan dan perdarah ) bisa terjadi sewaktu2, di siapa saja, serta kapan saja, apalagi jika kita mengalami kondisi tegang, stress atau emosi yng meluap2. Pada kondisi tersebut, tekanan darah, umumnya pasti melonjak dengan drastis.
Jika tekanan darah yang melonjak mendadak dan drastis, akan menimbulkan beban tambahan pada dinding pembuluh darah otak, memikul bebas dan derasnya aliran darah di pembuluh darah otak, serta tidak selalu dapat ditahan oleh pembuluh darah yang ( mungkin ) sejak awal sudah rentan dan rapuh, sehingga karena sudah rapuh atau aus, dengan sekedar dipacunya tekanan darah ke otak, menimbulkan pecahnya pembuluh darah otak kita .....
Jika pembuluh darah otak kita pecah, darah merembes memasuki jaringan otak di sekitanya, lalu membeku, membentuk bekuan yang membola, yang katanya disebut kista. Semakin besar koyakkan dinding pembuluh darah otak, semakin besar juga ukuran pembulu darah yang terbentuk.
Dalam tulisanku tentang ini ( lihat di Sebuah Kesaksian: Bagaimana Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke dalam Usia Muda untuk Menghadapi Masa Depan... (Bagian 6) ), mungkin bisa dilihat keadaan otak kiriku, dimana pembuluh darah otak kiriku pecah sedemikian, sehingga 2 tahun lalu aku mengalami stroke perdarahan dan sekitar 20% otak kiriku terendam darah ..... dan secara medis menurut dokter2ku di Amerika sewaktu aku terserang stroke disana ( di San Francisco ), sebenarnya aku tidak mampu 'bangun' lagi ... menurut mereka, untuk dudukpun mungkin harus dibantu, apalagi berjalan ..... Tetapi Puji Tuhan, aku tetap mempercayakan hidupku kepada Tuhan, bukan mempercayakan 'prediksi dokter' siapapun, sehingga dengan semangat aku menjankan terapi setiap hari, aku sudah bisa bekerja lagi sebagai seorang arsitek sejak Juni 2010 ( aku terserang stroke pada bulan Januari 2010 ).
Dan jika pecahnya pembuluh darah otak di wilayah otak yang lebih vital, tentulah imbasnya sangat buruk. Tetapi apapun daerah otak kita, memang sangat mengerikan, karena otak kita adalah pusat syaraf untuk tubuh dan kehidupan kita ( lihat tulisanku 'Brodmann Area': Mengapa Panderita Stroke dan Metode Terapinya Bisa Berlainan? ).
Nomor2 dalam penelitian oleh Brodmann tentang otak kita.
Pembuluh otak kiriku, ada di area Brodmann nomor 3, 5, 7, sehingga aku mengalami dan menurunnya kemampuanku untuk merasa ( sensorik ), bergerak ( motorik ) dan kesetimbangan ( vestibuler ), dimana ternyata penderita stroke berlainan, tergantung daerahnya yangpecah atau tersumbatnya. Bisa dilihat tulisku tentang Serangan Stroke Bisa Membuat Seseorang Menjadi 'Gila Seks' atau 'Kesetimbangan'ku Membuat Aku Serasa Berada di Atas Kapal dalam Badai, Setiap Saat ..... .
Bagi penderita stroke perdarahan, jika tidak tertolong dalam 24 jam, maka si penderita akan meninggal. Apalagi, karena stroke belum tersosialisaikan dengan baik, banyak orang yang menganggap 'itu biasa saja' dan bahkan di desa2, stroke dianggap menjadi 'penyakit kutukan' dan ada pula yang menganggap 'kesambet setan', karena si penderita bisa tiba2 lumpuh atau tidak bias bicara sama sekali, seperti aku pertama kali terserang stroke .....