Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Kopi Darat' Bersama Sahabat Kompasianer di Purwokerto

30 Desember 2011   08:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:34 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Aku, pak Agus dan pak Singgih di teras depan sebelum hujan deras turun.

Kopdar Kompasianer mulai aku sukai, setelah ternyata aku mendapatkan banyak teman baru dan ternyata juga bahwa semua teman dan sahabatku di Kompasiana sangat baik dan saling mendukung, ketika aku pertama kali kopdar di Museum Prangko TMII dalam rangka seminar tentang menulis di depan guru2 SMP se Jakarta ( lihat tulisankuKompasiana dan Museum Perangko, Membuat Aku Mulai Bisa Merefleksikan Diri di Balik Ketidak-sempurnaanku ). Setelah kopdar2 Kompasiana berikutnya, merupakan salah satu yang paling ditunggu2 .....

Adalah rumah keluarga mamaku yang pernah aku ceritakan di Kompasiana ( lihat tulisanku  Berlibur di 'Ranch' Keluarga dengan Kehidupan Desa ), ternyata banyak memberikan respon. Salah satunya mba Deasy, yang waktu itu aku belum terlalu dekat dengannya. Mba Deasy mengatakan bahwa setiap hari dari rumah ke kantonya boak balik selalu lewat rumah keluargaku itu, diama tempat itu memang menarik, ditempati oleh pakde dan budeku yang memang senang pada bunga dan tanaman, dan mba Deasy sangat senang dengan bunga. Kata mba Deasy, dia selalu ingin sekali memetik bunga2 itu ......

Dalam komentar mba Deasy dan beberapa teman Kompasianer, mengatakan bahwa tempat itu sangat menarik dan aku sering mengundang mereka ke tempat itu, toh tempat itu memang dihuni oeh keluargaku. Jika aku 'pulang kampung', aku sekali lagi mengundang Kompasianer Purwokerto untuk ke tempatku. Dan liburan ini yang membuat kami bertemu .....

Tanggal 29 Desember 2011, kami merencanakan sebuah pertemuan ala Kompasianer di rumah keluargaku di desa Bobosan Timur, Purwokerto. Aku menelpon mba Deasy sejak masih di Jakarta untuk acara ini. Lalu mba Deasy mengabari pak Singgih yang memang asli Purwokerto. Dan pak Singgihpun mengajak Agus Pribadi, salah satu teman Kompasianer juga, untuk berkumpul di tempatku sekitar jam 5 sore, di suatu sore yang cerah .....

Belum jam 5 sore itu, pak Singgih dengan pak Agus sudah datang, ketika aku sedang mens di latopku. Serta merta aku dan papaku serta pakdeku menyambutnya. Begitu sudah saling berkenalan, dan pak Singgih memberikan oleh2 untuk kami ( beliau memang membuka warung 'jamur' ) berupa Sate Jamur, kami langsung terlibat dengan pembicaraan yang akrab, mulai tentang Kompasiana, buku cerpen baru mereka yang akan di lauching bulan Januari 2012, sampai dengan keluarga masing2 dan masing2 pekerjaan. Bahwa pak Singgih memang seorang 'kulinerer' sejati dan pak Agus adaah seorang guru biologi pada sebuah SMP di Purwokerto ini.

Tiba2 langit mendung, dan terus bertambah gelap, ketika aku mulai menyadari bahwa Mba Deasy belum datang ..... dan hujan deras langsung turun sehingga kami agak cemas dengan keberadaan mba Deasy. Aku mengontak Valentino untuk 'mencari' mba Deasy dan memantau keberadaannya. Sedikit perasn cemas terobati ketika hujan mereda .....

Sekitar jam 5.30 lebih pada sore yang basah ini, mba Deasy datang membawa anaknya serta yang mengurus anaknya. Astagaaaaaaa ...... kasihan mereka! Hujan2 di motor, bertiga mereka meakai 'ponco' ( jas hujan ) besar dan lebar dan baju mereka lembab dan dingin, apalagi mba Deasy sedikit batuk yang tak kunjung sembuh .... Segera kami membuatkan teh manis panas untuk mereka. Dan ternyata mba Deasypun belum pernah bertemu dengan pak Singgih dan pak Agus.

Pembicaraan kami sangat seru, ketika papa dan pakdeku mengikuti kisah cerita Titi dan dr Anugerah di Purwokerto yang menghebohkan itu. Dengan gaya bicara pak Singgih yang asli Purwokerto, aku sering tertawa 'ngakak', walau aku juga tahu jika mamaku dengan saudara2 ku berbicara, aku juga pasti tertawa terbahak2. Gaya 'Purwokerto-an' memang khas dan membuat banyak orang tertawa  ..... aku mendengarkan pak Singgih dengan gaya bicaranya, dan dengan seksama mengamati pak Singgih sebagai 'satu rumpun' dengan mamaku ..... ternyata memang sangat menarik, budaya Indonesia memang luar biasa .....

Mengobrol dengan santai dan suasana yang menyenangkan .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun