By Christie Damayanti
[caption id="attachment_150352" align="aligncenter" width="615" caption="theberry.com"][/caption]
Air mataku menitik jatuh ke pipiku. Cepat aku hapus untuk menghindari pertanyaan2 anak2ku. Aku tetap tersenyum walau hati pedih bukan kepalang. Aku hanya duduk di meja di sebuah foodcourt di sebuah mall tempat aku sering berjalan2 denan anak2ku, sementara kedua anakku membelikan makan siangku sebelum mereka mencari sendiri, setelah aku hanya menunjuk apa yang aku inginkan dan memberikan uang kepada mereka. Anakku yang besar mengantri makanan untukku sementara anakku yang kecil mengantri minuman .....
Dulu, aku selalu yang mengantrikan makanan2 buat mereka, bolak balik aku mencari semua yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Setelah mereka tercukupi keinginannya, barulah aku mencari makananku sediri. Sekarang?AkKu tidak bisa melakukan seperti itu lagi. Jalanku saja harus digandeng, apalagi membawa makanan? Tasku saja selalu disampirkan ke pundak salah satu anakku, bagaimana aku bisa mengantri makanan dan membayarnya karena aku melakukannya dengan 1 tangan ( kiri ) saja?
Aku benar2 menangis ..... mataku sembab, tidak berhenti menangis. Memang, mereka sangat perhatian kepadaku, tetapi kadang2 mereka sedikit cemberut, dan aku sangat mengerti ! Sangat mengerti! Mereka tetap saja anakku, yang masih 'bocah', mereka pasti ingin aku yang melakukannya buat mereka. Mereka sudah dewasa sebelum waktunya .....
Dennis, anakku yang besar tersenyum dari kejauhan ketika aku menatap wajahnya. Dia sedang antri Vietnamese Noodle. Dari matanya aku melihat tatapan sendu,
"Mama ada apa?". Aku hanya tersenyum mengusap mataku.
"Mama ga kenapa2 koq" ..... Dia ternyum .....
Lalu aku menatap Michelle, anakku yang kecil,
"Mama, mau minum apa? Aku beliin Teh Botol dingin?".
Aku engangguk cepat. Aku tahu, mereka sudah tidah sabar untuk mecari makanannya sendiri. Aaahhh ..... seandainya aku tidak cacat ..... aku benar2 sangat sedih .....