Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hobi Bersama: Papaku adalah Inspirasiku

8 Agustus 2011   05:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_127636" align="aligncenter" width="593" caption="getlewoodcottage.wordpress"][/caption]

Hobi yg tidak biasa dari kita? Hhmmmmm ...... apa ya? Sebenarnya, aku mempunyai hobi banyak sekali. Dari mengkoleksi segala macam, bermusik, sampai dengan berwisata. Tetapi mungkin ada beberapa yg aku lakukan sebagai hobi yang tidak biasa. Beberapa dari hobiku yg tidak biasa, adalah berusat2an dengan tokoh2 dunia serta ... berdiskusi dan sedikit riset tentang perkotaan dengan papaku atau me-riset tentang apapun .....

Mengapa aku masukkan ini sebagai hobi? Ya, karena aku memang sangat tertarik tentang perkotaan serta 'urban planning', terutama kota Jakarta, sejak kecil. Pekerjaan papa sebelum pensiun adalah sebagai pemda DKI, yang selalu berhubungan denan tata kota, pengawasan embangunan serta desain. Dan itulah yg menyebabkan dulu aku masuk ke Fakultas Teknik Arsitektur. Ya, papakulah yg selalu mendukungku sejak aku mengetahui 'apakah cita2 itu', sejak aku berumur dibawah 5 tahun .....

Dulu, aku sering mengikuti kegiatan papaku tentang desain bangunan sarta pengawasan pembangunan, jika papa melakukan survrey. Dan dulu, papa sering memintaku melihat2 bangunan2 yg tidak sesuai dengan sesuatu yang sudah di gariskan oleh peraturan. Dulu aku belum mengerti, bagaimana dan apa yg tidak boleh dan apa yg boleh. Dan papaku selalu bercerita dengan kata2 yg mudah dimengerti tentang semuanya ( ingat, aku waktu itu baru SD, sama sekali belum mengerti ), sejak kecil sampai dewasa. Di semua mobil kami, papa selalu menyediakan segepok notes standard dengan format khusus dari pemda, dan papa selalu ingin aku ( dan adik2ku ) bisa mengisinya untuk pelaporan tentang pengawasan pembangunan. Mungkin adik2ku tidak tertarik, dan mungkin akulah yg memang tertarik untuk menjadi seperti papa.

Di setiap kesempatan, apalagi jika hanya berdua saja, papa selalu membuka diskusi tentang perkotaan Jakarta. Bukan cuma itu saja, papa mengajarkan bagaimana cara membuat survey kecil2an tentang banyak hal. Misalnya, kami ( sewaktu aku SMP ) pernah ke Medan dengan berkendara  mobil, dari Jakarta menyusuri Trans Sumatra, 'convoy' dengan teman2 papa yg memang selalu berkendaraan jika menengok orang tuanya di Sibolga. Kami semua masing2 mengedarai VW Combi. Dan papaku meminta aku dan adik2ku membuat 'catatan perjalanan, dari mulai membuat peta dari Jakarta sampai Medan, mencatat beberapa restauran yg kami singgahi atau yang memang kami lihat, mencatat km ( kilometer ) semua pompa bensin sampai banyak uang yg kami keluarkan.

Papa mengajarkan kami untuk membuat format stardard : kota, kilometer, restauran, pompa bensen, hotel atau losmen, dan sebagainya, serta kolom uang yg kami keluarkan. Jadi, begitu aku selesai makan, pasti aku tanya 'berapa uang yang kami habiskan' kepada papa atau mama. Begitu juga jika sudah beristirahat d i hotel, aku selalu tanya, berapa yang kami habiskan bermalam. Dan setelah kami kembali sampai Jakarta, kami diminta untuk membuat 'resume' hasil riset kecil2an kami, bukan buat apa2, tetapi untuk kami sendiri, dan aku menjadi tahu betul, berapa banyak biaya untuk berlibur 3 minggu ke Medan melalu jalan darat, dimana ada hotel yang lumayan, dimana ada pompa bensin ( dulu tahun 1984 ke bawah, pompa bensin sedikit jarang apa lagi di jalan Trans Sumatra ) dan apa restauran yang cukup baik, dan sabagainya.

Konsep riset seperti in i yang aku terapkan setelah aku dewasa. Dan papaku sampai sekarang-pun, selalu memiliki konsep2 kecil untuk meriset apapun yang aku butuhkan. Memang, papa selalu ingin aku menjadi 'arsitek papa yang handal'. Aku digembleng sejak dini, sampi masuk ke Fakultas Teknik, lulus, bekerja dan sampai sekarang. Kegiatan riset kecil2an sangat aku sukainya, juga kegiatan berdiskusi dengan papa. Ini adalah hobiku, apa lagi dengan keadaanku yang sekarang, berdiskusi dan riset sangat membantuku untuk menghilangkan jenuh karena tidak bisa 'mobile' seperti dulu lagi dan untuk terapi otakku .....

Konsep riset adalah untuk mengetahui tentang apapun demi apa yang ingin kita ketahui. Perkotaan dan 'urban planning' adalah peminatanku tentang salah satu 'major' atau jurusan di dalam arsitektur. Keinginanku terus berkembang untuk membuat kehidupan di Jakarta yang lebih baik, sebanding dengan keinginanku yang selalu terus mencari  konsep2 baru dari banyak kota dunia. Dengan thesisku tentang manajemen perkotaan, mungkin bisa untuk konsep2 kota Jakarta yang kita ingikan. Dan untuk mengembangkan konsep2 tersebut, papa selalu mengajakku untuk berwisata sambil belajar, sejak dulu sampai sekarang, ke kota2 dunia. Berwisata dengan belajar serta berdiskusi mengembangan otakku untuk lebih bisa membuat konsep2 yg lebih baik. Beberapa tulisanku tentang konsep2 kota dunia ada di Kompasiana ini.

Berdiskusi dan membuat riset dengan papa, mungkin tidak banyak orang lakukan. Mengapa? Seperti aku, sebenarnya, semua orang tetap sama, bahwa kita dan papa adalah 2 generasi yang berbeda. Dunianya sudah berbeda, walau profesinya sama. Tetapi, papa kita tetap papa kita. Beliau pasti ingin yg terbaik untuk hidup kita, tidak terkecuali papaku. Dengan sabar papa membimbingku untuk menjadikanku seorang arsitek profesional yang handal, dan dengan sabar pula beliau 'membuat' aku sedikit disegani oleh kalangan terbatas. Dan aku sangat menghargai itu. Bukan hanya karena itu papaku ( dan aku sangat mencintainya ), tetapi lebih karena dedikasinya untuk kehidupanku yang lebih baik, dalam profesi kita dan untuk masa depan kita. Dengan dedikasinya yang sangat luar biasa, papa mengajarkan aku bahwa walaupun apa yang aku lakukan dalam hidup ini, papa selalu mendukungku dalam batas koridor yang sudah aku pelajari, termasuk dalam keadaan aku yang sekarang ini .....

Papaku adalah sumber inspirasiku. Dengan mempunyai hobi 'berdikusi dan me-riset bersama papa', mungkin bisa menjadikan inspirasi untuk anak2ku untuk masa depan mereka dan juga bisa menjadi sebuah penghargaanku untuk beliau serta untuk memberitahukan kepada seluruh dunia bahwa 'aku sangat mencintai papaku' .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun