By Christie Damayanti
DON’T UPSET THE BALANCE !!!
Kehidupan di Terumbu Karang didasari oleh hubungan saling ketergantungan antara ribuan makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari hubungan tersebut.
Terumbu Karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta utuh dan indah. Yang ada pada saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun lalu. Perairan Indonesia merupakan pemilik Terumbu Karang yg termasuk paling ‘kaya’ di dunia. Tentu saja sedapat mungkin kita memetik manfaatnya. Tetapi, dapatkah kita menjaga kelestariannya ?
Sekilas Terumbu Karang :
Daerah yg banyak Terumbu Karang di Indonesia.
Bila Indonesia menjadi sangat terkenal di kalangan pencinta bahari, hal ini disebabkan karena kekayaan ragam kehidupan di kawasan Terumbu Karangnya.
Secara fisik, Terumbu Karang tidak hanya menampilkan keindahan dunia bawah air, tetapi juga melindungi pantai dan pulau dari pengikisan arus dan ombak. Selain itu, Terumbu Karang pun merupakan tempat mencari makan bagi ribuan jenis biota laut, termasuk yg dikonsumsi manusia, seperti ikan dan udang. Dengan demikian, rusaknya sebuah Terumbu Karang, karena penambangan karang, penangkapan ikan dan bahan peledak atau bahkan terinjak kaki wisatawan pada air surut, bahkan tidak mungkin berakibat hilangnya berbagai jenis biota laut dari kawasan tersebut.
Terumbu Karang merupakan asosiasi maririm yg unik, karena sepenuhnya dibentuk oleh aktivitas biologis. Pada intinya, asosiasi ini merupakan deposit massif dari kalsium karbonat atau zat kapur yg diproduksi oleh binatang2 karang serta organism lainnya. Itulah sebabnya, Terumbu Karang Nampak kokoh dan sering dianggap tidak bernyawa …..
Pembentuk utama Terumbu Karang adalah koloni karang yg merupakan jaringan jasad renik yg disebut polip. Hewan yg berproduksi dgn cara perkawinan dan pembelahan ini, bentuknya menyerupai hewan. Oleh karena itu, polip diklasifikasikan kedalam klas Anthozoa, yg bebrti hewan berbentuk bunga. Dengan rumbai2 tentakel di mulutnya, malam hari polip menyantap zooplankton yg lewat di dekatnya, seperti larva udang.
Dalam hidupnya, jaringan polip menciptakan hubungan saling menguntungkan ( simbiosis mutualisma ) dengan sejenis ganggang bersel satu yg disebat Zooxanthellae. Polip memberikan tempat hidup dan karbondioksida yg dibutuhkan Zooxanthellae untuk berfotosintesa. Sebagai imbalan, tumbuhan yg juga memunculkan ragam warna pada permukaan kaeangini akan memberikan tambahan makanan dan oksigen, disamping membantu pembuatan rangka kalsim karbonat.
Dengan bentuk hubungan kerja seperti ini, sinar matahari merupakan kebutuhan utama bagi karang. Itulah sebabnya, Terumbu Karang banyak dijumpai pada permukaan laut sampai dengan kedalaman 100 meter. Keruhnya air laut, yg seringkali disebabkan sungai2 yg membawa lumpur dan polusi, akan menghalangi ganggang2 untuk berfotosintesa. Pada saat ganggang mati, warna karang akan berubah menjadi putih. Selain itu, ancaman terhadap karang datang pula dari sejumlah hewan pemangsa plip, antara lain bintang laut dan beberapa jenis ikan.
Biasanya, jumlah polip yg dimangsa dpt diimbangi dgn pertumbuhan polip baru. Namun, ulah manusia seringkali menyebabkan hilangnya keseimbangan alam tersebut. Polip baru tidak sempat lagi menggantikan polip yg mati di lingkungan yg telah rusak …..
Bagaimana Terumbu Karang di Indonesia ?
Kondisi Terumbu Karang di Indonesia sangat memprihatinkan. Bahkan, sekira 70% Terumbu Karang dalam keadaan rusak. Terumbu Karang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia yang memiliki struktur alami serta mempunyai nilai estetika yang tiada tara. Selain sebagai lingkungan yang alami, terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya. Sayang, ternyata banyak terumbu karang yang rusak.
Terumbu Karang yang telah rusak !
Kerusakan Terumbu Karang yang paling parah terjadi di Sulsel dan tertinggi di Indonesia. Kerusakan Terumbu Karang yang semakin parah dan sulit dihindari itu antara lain karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang makna dan fungsi Terumbu Karang. Selain itu, karena kemiskinan masyarakat sekitar pantai sehingga mereka menjual Terumbu Karang.
Pada tulisan saya : Sedikit Pemikiran untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian : 1 ), telah dijelaskan bahwa,Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR ) Kota salah satunya :
“………. memberikan keseimbangan kepada hubungan manusia dengan alam. Dengan adanya penataan ruang yg akurat dan transparan, maka akan dapat beri keseimbangan kepada hubungan manusia dengan alam. Dengan demikian, tercipta keadaan ekologis yg baik ……….”
Artinya, bahwa Pemda ( dimanapun ) sudah mengantisipasi untuk membuat konsep hubungan antara manusia dengan alam. RUTR tidak hanya ‘milik’ tata ruang kota / bangunan, tetapi juga membuat hubungan yg harmonis, sehingga selain warga kota hidup dengan damai dan sejahtera, tetapi juga hewan termasuk juga tumbuhan ( dalam hal ini adalah Terumbu /karang ) bisa hidup dengan damai untuk kesejahteraan kita bersama.
Jika tidak ada Terumbu Karang, banyak jenis biota laut termasuk ikan2, tidak mendapat makanan. Maka, biota laut / ikan2 itupun mati, dan beberapa jenis biota laut / ikan2 itu mrupakan bahan makanan untuk manusia ( rantai makanan ).
Rantai makanan : Terumbu laut dan biota laut / ikan.
Rantai makanan : Manusia dan biota laut / ikan.
Penyebab lain adalah ketamakan dari sebagian orang dalam eksploitasi Terumbu Karang dengan tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Juga, kebijakan dan strategi pengelolaan yang tidak jelas serta kelemahan kerangka perundang-undangan dan penegakan hukum bagi perusak terumbu karang. Kebanyakan Terumbu Karang rusak oleh penggunaan bahan peledak dan obat-obatan untuk mencari ikan, peningkatan laju sedimentasi akibat erosi, pengambilan karang untuk bahan bangunan.
Aktivitas pariwisata yang tinggi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan juga dapat menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan terumbu karang. Terumbu karang diinjak atau dicongkel hanya karena untuk mengambil biota tertentu.
Wisatawan bisa menjadi ancaman bagi Terumbu Karang.
Jika terumbu karang rusak, maka kehidupan manusia pun akan habis. Terumbu karang merupakan salah satu organ vital dalam keseimbangan ekosistem. Sehingga, harus dijaga kelestariannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H