By Christie Damayanti
[caption id="attachment_326209" align="aligncenter" width="594" caption="arsitekturmagz.com"][/caption]
Sebelumnya :
Taman Kota bagi Kesehatan Warga Dunia
Jakarta dengan kesemrawutannya, dengan bangunan2nya dan kendaraan2nya, serta pousinya, justru seharusnya mempunyai Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) yang banyak. Karena dengan banyaknya RTH, akan menjadikan Jakarta lebih sehat bagi warga kotanya. Perhitungan RTH bagi Jakarta sesuai dengan standard serta kebutuhan kesehatan warga kota, adalah MINIMAL 30% dari luas wilayah kota, terdiri dari RTH publik sekitar 20% dan RTH pribadi sekitar 10%.
Penyedian dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan Jakarta, menjadi salah satu butir, yang di deklarasikan, daam peringatan Hari Tata Ruang tahun 2010 di Bali, untuk Forum Indonesia. Dimana tentu saja jakarta merupakan bagian di dalamnya.
Seperti yang aku tuliskan diatas tai, dengan kesemrawutan Jakarta sebagai kota metropolitan dunia, keberadaan RTH sangat relevan. Bukan saja untuk kota Jakarta itu sendiri, tetapi lebih kepada kesewatan warga kotanya. RTH sendiri, mempunyai fungsi yang banyak.
1.      RTH memberikan peluang sebagai 'parkir air', bagi penyerapan air dan menghindari banjir, dan air hujan atau banjir itu langsung terserap ke dalam tanah.
2.      RTH sangat bisa membangun citra kota Jakarta yang lebih manusiawi, asri, apik dan cantik. Lanscape perkotaan merupakan salah satu fungsi dan fasilitas perkotaan untuk menjadikan kota lebih berwibawa.
3.      Selain itu, RTH bisa membangun kebutuhan interaksi sosial secara alami tanpa membedakan strata sosial dan sekat2 yang biasanya ada di masyarakat kota.
Ketika aku mulai menulis tentang RTH Jakarta, aku selalu menuliskan dengan hanya 20% RTH ideal bagi Jakarta. Ternyata banyak berubah, setelah aku berdiskusi dengan  Bu Dewi dari 'Jakaarta City Planning Gallery'. Bahwa RTH yang ideal bagi Jakarta adalah 30%! Wow! Dan ketika aku bertanya pada beliau, RTH di Jakarta sekarang ini, berapa?