Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pagi di Pedestrian Jakarta...

28 April 2014   19:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

experiencelife.blogspot.com

Apakah pedestrian cantik ini hanya akan berada di jalan2 protokol Jakarta? Hanya untuk warga Jakarta yang 'mampu?'

Sering kali aku benar-benar heran, apa sih yang ada di pemikiran masyarakat kebanyakan? Apa yang mereka pikirkan tentang kepedulian? Apa yang mereka inginkan bagi mereka sendiri dan lingkungan? Aku selalu geleng-geleng kepala, justru ketika macet dan mobilku 'mandeg' dan melihat area pejalan kaki yang penuh dengan berbagai macam jenis kehidupan...

Jika kita ke negara lain, mungkin di area pedestrian apalagi di sisi jalan mobil, hanya ada para pejalan kaki saja. Bagi pejalan kaki lokal, yang bergegas untuk menuju ke suatu tempat, atau pejalan kaki sebagai wisatawan, yang santai, berfoto atau hanya sekedar duduk-duduk di bench-bench yang memang disediakan oleh kota tersebut.

Atau juga pejalan kaki yang menunggu bus untuk ke tempat tujuan. Itu pun mereka tidak bergerombol, melainkan antri dengan tertib, walau bus datang dan mereka terap mengantri dengan tertib, mengular, tetapi tidak menutupi pejalan kaki yang lain, yang memang hanya melintas saja.

Jika jam-jam kantor, sebelum jam makan atau setelah jam makan dan sebelum jam pulang kantor, area pedestrian sedikit sepi. Hanya sekedar wisatawan fan suasana di pedestrian benar-benar nyaman sebagai fasilitas umum di perkotaan.

Bagaimana dengan pedestrian di Jakarta?

Kita tahu sendiri. Di Jakarta, pedestrian penuh dengan berbagai macam ragam kehidupan. Beberapa yang 'kritis' yang membuat Jakarta semakin amburadul :

PASAR ATAU BERDAGANG 'YANG TIDAK JELAS'

Mulai dari di sekeliling rumahku, begitu keluar dari kompleks, tetangga Tebet (Kampung Melayu) di sekitar Sungai Ciliwung, pagi-pagi sudah dipenuhi dengan 'pasar' tidak jelas. Dulu, memang ada Pasar Kampung Melayu (lihat tulisanku Kampung Melayu = Kumuh dan Banjir?), tetapi sudah puluhan tahun, pasar ini tidak ada lagi, berganti dengan ruko-ruko dan toko-toko kelontong. Tetapi kenyataannya, 'pasar' itu tetap ada!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun