By Christie Damayanti
Dokumen pribadi
Sebelumnya :
Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat
Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya …..
Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda
Sedikit bingung, ketika petugas travel di Central Travel di Zurich itu menawarkan berbagai jenis tour keliling kota. City Seeing Zurich. Karena Zurich terdiri dari daratan dan danau, City Seeing Zurich ada 3 jenis tour : dengan bus wisata, dengan kapal wisata dan dengan bis serta kapal wisata. Dan kesemuanya itu juga banyak perusahaan yang menawarkannya, sehingga lengkaplah kebingunganku …..
Masalahnya, mereka mungkin sudah ‘bersatu’, dari perusahaan A, tidak sampai ke tempat A, tapi ke tempat B. Atau dari perusahaan C, hanya ketempat C saja. Sementara, aku ingin membawa anak2ku benar2 melihat kota Zurich untuk membuka wawasannya.
Belum lagi harganya, berbeda2 dan masing2 menonjolkan yang terbik, sesuai dengan harganya. Hmmmm ….. mungkin 30 menit aku berdiskusi dengan petugas itu, seorang bapak tua yang ramah, dan tidak marah ketika aku banyak bertanya. Sayang, dia tidak fasih berbahasa Inggris. Dia menggunakan bahasa Prancis, sehingga sering kali kami hanya tertawa bersama ketika masing2 tidak mampu menguraikan apa yang kami maksud …..
Akhirnya, aku memutuskan membeli 3 tiket keliling kota Zurich. Pertama kami akan menyusuri kota dengan bus wisata selama 1 jam. Setelah itu, kami akan diturunkan ke tepi Danau Zurich ( Zurich Lake ) dan kami akan berkeliling danau dengan kapal pesiar cantik! Hihihi ….. ga papa kan, sekali2 ingin bergaya ‘orang kaya?’
Tour itu mulai jam 10.00 dan waktu itu baru jam 9.30. Sehingga kami masih mempunyai waktu untuk bersantai sejenak, yang dimanfaatkan anak2ku untuk bermain, berlari2, dan berteriak2 sambil tertawa. Maklum, kami berada di ruang terbuka pagi, dengan matahari bersinar cerah, dan udara dingin yang nyaman. Ditengah2 kota Zurich, tetapi berada di Limmatstrasse, bersentuhan langsung dengan pepohonan dan taman cantik, secantik kota itu.
Jam 10.00 tepat, bus berangkat membawa kami, para wisatawan. Bus wisata itu sangat cantik, dengan interior yang menawan. Hmmmm … tidak sia2 aku membayar 39 Franck Dollar dengan fasilitas seperti ini. Aku sangat bersusah payah untuk naik ke dalam bus, karena tangganya cukup tinggi dan sempit. Tetapi dengan dibantu Dennis dan supir bus itu, aku berhasil masuk dan duduk di paling depan, tempat disabled. Senang sekali, karena dengan jendela besar dan bening seperti ini, membuat aku bisa mengeksplorasi merekam suasana dan pemandangan Zurich yang cantik …..
Aku siap dengan 2 kameraku. Yang pertama, khusus yang aku cari untuk peganganku yang susah dengan tangan kiri tetapi mampu merekam pemandangan sampai perbesar 24x dan bisa meng-capture landscape dengan sangat indah! Ga kalah dengan fotografer professional!
Kamera ku yang lain, aku serangkan Michelle untuk mengabadikan kami, terutama aku ( hihihi … dasar narsis ). Aku pun selalu mengabadikan kegiatan anak2ku selama ini. Sedangkan Dennis, dia mempunyai peralatan DLSR dengan perlengkapannya, bak fotografer professional …
Pertama kami keliling kota Zurich, pemandu nya adalah ear-phone, yang terdiri dari 20 bahasa di dunia. Sayang, Bahasa Indonesia tidak termasuk didalamnya. Jadi, kami mengambil yang berbahasa Inggris. Di beberapa tempat, bus itu berhenti agak lama, dan kami bisa keluar untuk sejenak berfoto dan di 1 tempat itu, kami bisa menikmati the atau kopi, jika cafe2 yang ada tidak terlalu penuh.
[caption id="attachment_397556" align="aligncenter" width="512" caption="Dokumen pribadi"]
[caption id="attachment_397557" align="aligncenter" width="458" caption="Dokumen pribadi"]
Zurich City yang cantik …. Tidak banyak kendaraan. Mereka umumnya menggunakan trem. Lihatlah, trem ‘merajai’ kota. Bahkan jalan raya kendaraan bersaing dengan rel trem. Mereka mempunyai sistim menejemen kota yang dapat di komprehensifkan dengan angkkutan missal mereka.
Hanya di perempatan2 besar saya, ada lampu merah. Selebihnya tidak. Dan antara trem dan kendaraan pribadi, menurut yang aku baca sebagai referensi, jarang terjadi tabrakan antara trem dengan mobil …..
Jendela bus wisata ini, ‘memaksa’ aku untuk trus berkutat dengan kamera, sambil mendengarkan pemandu wisata lewat earphone. Kota tua yang indah. Dan aku merekam semuanya, untuk sebuah referensi, jika suatu saat aku mempunyai kesempatan lagi untuk berdiskusi dan mendesain lingkungan yang nyaman dan apik di Indonesia, khususnya Jakarta.
Keliling kota Zurich membawa aku melayang dengan keindahannya. Kota tua Zurich sejak abad 15, itu sangat cantik. Bangunan2 khas Swiss, memang berbeda dengan bangunan2 negara Eropa yang lain. Dan Munsterhof Square dengan bangunan2 ‘Guild House’, seakan membawa aku berkelana ke cerita2 ‘Album Cerita Ternama’, jaman kecil dulu …..
(Wikipedia) Munsterhof Square, Zurich
Di Munsterhof Square, kami turus beberapa saat, sambil menikmati secankir coffee dan berfoto2 narsis. Tempat yang cantik, apik dan sangat nyaman. Dengan Augustinnergasse, sebuah jalan tua disana, dengan bendera2 Swiss, itu membuat kami para wisatawan jatuh cinta pada panddangan pertama …..
[caption id="attachment_397562" align="aligncenter" width="512" caption="Dokumen pribadi"]
Michelle di Munsterhof Square, Zurich dan di Augustinnergasse
[caption id="attachment_397564" align="aligncenter" width="512" caption="Dokumen pribadi"]
Gereja Fraumünster , di Munsterhof Square
Kota Zurich memang tidak besar. Dalam 1 jam saja kami bisa berkeliling sampai masuk2 kejalan kecil, untuk bisa melihat kehidupan Zurich pada jam2 sibuk.
[caption id="attachment_397565" align="aligncenter" width="512" caption="Dokumen pribadi"]
[caption id="attachment_397567" align="aligncenter" width="512" caption="Dokumen pribadi"]
Kehidupan Zurich di jam2 sibuk pun tidak terlalu ramai, kecuali di pusat kota dan tempat wisatawan. Tetapi pada prinsipnya, Zurich City dengan penduduk tidak lebih dari 390.000 orang dengan luas 87,88 km2, membuat kota ini sangat nyaman sebagai kota wisata di Swiss.
Kami beranjak lagi dari tepi kota, menuju ke Danau Zurick, dimana kami akam diturunkan dsana untuk berkeliling dengan kapal pesiar cantik. Walau aku enggan ‘berpisah’ dengan kota tua Zurich, jujur aku juga tidak sabar dengan berkeliling di Zurich dengan kapal pesiar …..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H