Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Jangan Pernah Berkata “Mahal” Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri...

25 Februari 2015   19:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti [caption id="attachment_399315" align="aligncenter" width="448" caption="Dokumen pribadi"][/caption] Sebelumnya : "Sendiri" di Limmatstrasse Garden, Zurich City Inspirasi dari 'Zurich City' untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya 'Zurich City' : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya 'Zurich Lake' : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup Indahnya 'Zurich Lake' [ Zurichsee ] ..... Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya ..... Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda

Jam 10.00 pagi kami berjalan ke Tour Central Zurich, untuk membeli tiket menuju Titlis, gunung yang mempunyai salju abadi, walau musim panas. Dari Zurich ke Titlis, kami masih melewati banyak kota yang kesemuanya merupakan kota cantik wisata di Swiss. Tetapi perjalanan awal, kami tidak mampir dulu ke kota-kota itu, melainkan langsung ke Titlis untuk lebih menikmati salju abadi. Hanya melewai Mount Pilatus, yang juga terkenal di dunia.

Tour kami memakan waktu sekitar 7 jam. Dari Zurich menuju Pilatus (tetapi tidak naik gunung, hanya mampir sejenak. Jika mau ke gunung, ada tournya sendiri), lalu langsung ke Titlis. Ketika pulangnya, kami barulah mampir sejenak melewati Engelberg, lalu berhenti cukup lama di Luzern. Barulah kami sampai ke Zurich sekitar jam 18.00, jika tidak ada halangan.

Jam 11.00 kami berangkat. Bus wisatanyanya besar. Fasilitasnya lengkap, termasuk toilet kecil. Dan seperti biasa, aku duduk yang paling depan karena lebih mudah naik dan turunnya. Supirnya ramah dan mempunyai tour guide sendiri, yang akan mengantar kami naik turun gunung, dengan kereta gantung.

Harga yang ditawarkan memang sangat mahal. Catat: "Sangat Mahal"! Dengan tour selama 7 jam, setiap orang dari kami harus membayar Euro

176, sekitar 2,8 juta! Setiap orang! Aku dengan 2 orang anakku, menjadi 528 Euro
! Hanya jasa tour, tanpa makan. Untuk makan siang, kami akan berada di puncak Titlis, diatas 2600 meter dari permukaan laut, sehingga sangat wajar jika mereka membandrol harga makanan yang juga luar biasa mahal! Dan hitung punya hitung, untuk tour ke Titlis dan makan siang, kami harus merogoh kocek sekitar 3 juta rupiah, per orang...!!!

Hmmmmm...

Ya sudah, mau diapakan lagi? Niatnya memang berwisata, dari 3 tahun lalu aku menabung. Dan sudah memperkirakan semuanya. Tetapi ketika semuanya ada di ujung mata, tetap saja aku merasa 'berat' untuk mengeluarkan orang sebesar itu, hihihi...

Jika aku belum pernah ke sana, mungkin aku tidak akan ke Titlis. Karena untukku sendiri, bermain salju sering aku lakukan, jika kami ke Amerika. Dimana kami memang sering ke sana setiap Natal sebelum aku sakit. Lempar-lemparan salju dengan tangan beku dengan adik-adikku dan anak-anakku serta ponakan-ponakanku. Bergelimang salju dengan tubuh kaku dan beku, berada dalam suhu 10 derajat Ceicius di bawah 0 (-10 derajat Celcius), sering kami alami. Sehingga, tidak ingin ke Titlis jika harus membayar semahal itu.

Aku sendiri, 2 kali ke Swiss dan 2 kali ke Titlis. Pertama dengan orang tuaku dan adik-adikku tahun 1991 lalu, aku masih kuliah, dan kedua waktu aku bertugas keliling Eropa untuk pekerjaanku, tahun 2002 lalu. Dan tahun 2014 ini, adalah yang ketiga, dimana aku memang berniat mengajak anak-anakku membuka hati dan pikirannya untuk menambah wawasan bari sebuah inspirasi untuk pencapaian yang setinggi-tingginya di masa depan mereka.

Aku ingat, ketika orang tuaku, khususnya papaku menginginkan kita semua berkeliling dunia, beliau mengatakan pada kami anak-anaknya (aku dan adik-adikku) bahwa,

"Papa tidak punya uang dan harta untuk diwariskan kepada kalian, tetapi jika papa punya uang, kalian akan terus diajak untuk berkeliling dunia dan bersekolah sampai setinggi-tingginya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun