Mohon tunggu...
christiantowibisono
christiantowibisono Mohon Tunggu... profesional -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

What If Jesus Had Not Been Born

11 Oktober 2016   18:03 Diperbarui: 11 Oktober 2016   18:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

James Kennedy menulis buku berjudul Seandainya Jesus tidak pernah dilahirkan maka menurut teolog itu dunia dan ummat manusia akankehilangaan kesempatan untuk menjadi negara bangsa modern, beradab, bisa mengapresiasi musik, olahraga dan kebudayaan yang mengkristal menjadi peradaban manusia hingga secanggih manusia abad XXI Milenium ketiga ini.Sebab peradaban Barat berbasis teknologi yang lahir dari Revolusi Industri yang sudah mencapai Gelombang ke 4 sekarang ini dilatar belakangi oleh Reformasi Agama, Renaissance Kebudayaan dan Revolusi Industri sejak James Watt menemukanmesin uap di 1776 dan Adam Smith menulis buku tentang fundamental ekonomi dunia. 

Sebetulnya riwayat kristalisasi agama Kristen juga melalui pelbagai gelombang pasang surut dan komplikasi yang tidak sepi dari konflik internal dan skisma (perpecahan besar) dalam hirarki internal pusat kekuasaan Gereja Katolik Roma dan Geraja Ortodoc blok Soviet Rusia serta Gereja Protestan di era Reformasi 1517. Trobosan reformasi oleh Martin Luther dan Johanes Calvyn 500 tahun lalu itulah yang memberi situmuls pada renaissance kebudayaan, pencerahan ummat manusia (Aufklarung di Eropa) dan lompatan revolusi industri menjadi suatu gransformasi three-in-one yang membbedakan manusia modern dari manusia era pertaninan. Alvon Toffler menyebut manusiamengalami lompatan 3 gelombang, pertama dari mengembara musafir berkela berburu menjadi petani menetap, bersawah ladang, bercocok tanam secara reguler rutine, musiman dan berhenti mengembara, berkelana tanpa tempat tinggal "permanen". Gelombang Pertanian ini menguasai manusia selama sepuluh ribuan tahun dan baru digantikan oleh gelombang Industri pada perempat terakhir abad XX , jadi belum sampai 250 tahun bila dihitung dari James Watt 1776 

Revolusi industri 1.0 berlangsung baru 2 abad sejak 1776 dan kemudian memasuki revolusi industri 2.0 dengan lompatanteknologi informasi pada 1970an. Revolusi industri 2.0 itu segera disusul revolusi industri 3.0 berupa jaringan internet real time dan sosial media. Sekarang dunia mulai memasuki revolusi industri 4.0 dimana revolusi biologi, fisika dan jaringan digital akan berintegrasi dalam sinergi yang merupakan lompatan teknologi luarbiasa bagi ummat manusia.

Celakanya bila didalam ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi lompatan lu;arbiasa dari teknologi otot manusia, menjadi mesin, listrik dan digital bahkan peluang untukrevolusi stem cell yang bisa memungkinkan imortalitas manusia, maka di bidang moral dan etika  terjadi stagnasi dalam 'evolui mental dan moral manusia". Manusia primitiif sejak Kabil, masih melestarikan mewariskan kebencian , cemburu dengki dan irihati menjadi dendam kesumat yang menyulut kajahatan membunuh sesamanya, bahkan saudara sekandung sendiri seperti Kabil terhadap Habil. 

Celakanya manusia yang moralnya masih primitif dna barbar, itu justru dimungkinkan memiliki dan menguasai teknologi senjata pemusnah dan pemunah masal berupa bom nuklir yang tidak jauh dari jangkan pelaku bukan negara, non state actor, gerombolan teroris yang illegal tapi real bersenjata dan terorganisir untuk melakukan pembunuhan berencana, ratusa, ribuan dan jutaan manusia.

Dalam proses konfrontasi antara kemajuan teknologi yang konstruktif mencimpatakan kemampuan iptek dalam revolusi industri 4.0 menuju imortalitas manusia, dunia dan ummat manusia justru tetap dihantui dan diancam oleh moral kebencian, kecemburuan, dengki, iri dan dendam kesumat yang secara destruktir memiliki kemampuan untuk minciptakan kiamat dunia.

Riwayat perang sabil, perang salib dan perang antar peradaban di abax XXI ini merupakan satu persilagnan sejarah manusia yang menentukan apakah manusia akan memeliara kelangsungan hidup homo sapiens dengan berkompetisi secara sehat , mengutamakan dan menghargai meritokrasi sesama species, atau justru saling menghancurkan bagaikan hewan primitif yang tidak bermoral kemanusiaan yang beradab. Agama merupakan faktor yang dapat diarahkan secara positif seperti riwayat keKristenan dibalik kemajuan revolusi peradaban. Dapat juga dijadikan ajang perang salib atau perang  berkelanjutan berdimensi nuklir yang tentu akan berakhir dengan kiamat bikinan manusia. 

Inilah yang sedang dipertaruhkan oleh dunia dan manusia Abad XXI dan manusia primitif abad ke7 yang mengklaim mewakili Allah yang omnipoten. Anda berada dipihak abax XXI atau abad ke tujuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun