Mohon tunggu...
christianiendahpoerwatianik
christianiendahpoerwatianik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S3 Undiksha

Saya menyukai artikel yang membahas tentang kuliner, psikolodi, hobi, hiburan dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Pendidikan : Ganti Pejabat, Ganti Kebijakan

29 November 2024   14:02 Diperbarui: 29 November 2024   17:18 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pergantian pejabat dalam dunia pendidikan sering kali memicu perubahan kebijakan yang signifikan, baik di tingkat pusat, daerah, maupun di lingkungan sekolah. Fenomena ini telah menjadi ciri khas dalam sistem pemerintahan yang dinamis, di mana setiap pemimpin baru membawa serta visi, misi, dan kebijakan yang berbeda. Meskipun perubahan ini dapat membawa pembaruan dan inovasi, pergantian pejabat yang sering kali disertai perubahan kebijakan juga memiliki dampak yang tidak bisa diabaikan, terutama bagi para pelaku pendidikan, termasuk guru, siswa, dan orang tua.Fenomena ganti pejabat, ganti kebijakan dalam dunia pendidikan mengundang banyak pertanyaan dan perdebatan. Apakah perubahan ini selalu berdampak positif? Ataukah justru membawa ketidakpastian dan kebingungannya bagi sistem pendidikan yang sudah berjalan? Artikel ini akan membahas dinamika ini dalam konteks pendidikan, serta dampak yang mungkin ditimbulkan dari perubahan kebijakan yang sering terjadi akibat pergantian pejabat.

Pergeseran Kebijakan Pendidikan Pasca-Pergantian Pejabat
Pergantian pejabat dalam kementerian pendidikan atau lembaga terkait biasanya disertai dengan perubahan kebijakan yang cukup besar. Ketika seorang pejabat baru dilantik, sering kali terdapat penyesuaian terhadap arah kebijakan yang telah berjalan sebelumnya. Misalnya, dalam beberapa tahun terakhir, perubahan menteri pendidikan di Indonesia sering diikuti oleh perubahan kebijakan pendidikan, mulai dari kurikulum, sistem evaluasi, hingga kebijakan pengelolaan anggaran pendidikan.

Contoh perubahan besar yang terjadi di dunia pendidikan antara lain perubahan kebijakan kurikulum. Di Indonesia, pergantian menteri pendidikan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membawa perubahan pada kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah. Kurikulum 2013 (K13) yang diterapkan pada masa pemerintahan sebelumnya mengalami penyesuaian, dan berbagai kebijakan baru muncul setelah pergantian pejabat. Dalam beberapa kasus, kebijakan baru ini ditujukan untuk memperbaiki kelemahan dari kebijakan yang ada, namun sering kali menyebabkan kebingungan di tingkat implementasi.

Dampak Positif dari Pergantian Kebijakan
Salah satu dampak positif dari pergantian pejabat dan kebijakan di dunia pendidikan adalah peluang untuk melakukan inovasi. Pemimpin baru dengan visi yang berbeda dapat membawa pendekatan baru yang mungkin lebih relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Misalnya, perubahan kebijakan yang lebih menekankan pada pendidikan berbasis teknologi, atau kebijakan yang memperkenalkan pendidikan karakter yang lebih terstruktur.

Pemimpin baru juga dapat memprioritaskan masalah yang belum terselesaikan oleh pejabat sebelumnya. Isu-isu yang sering kali terabaikan, seperti ketimpangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, atau kebijakan afirmatif untuk pendidikan inklusif, bisa menjadi perhatian utama dalam pemerintahan yang baru.

Sebagai contoh, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim, dilantik, kebijakan seperti Merdeka Belajar yang lebih fleksibel dan mengedepankan kebebasan bagi guru dan siswa untuk berinovasi menjadi sorotan. Kebijakan ini disambut baik oleh banyak pihak yang melihatnya sebagai langkah positif dalam mengatasi rigiditas sistem pendidikan yang ada sebelumnya.

Dampak Negatif dari Perubahan Kebijakan yang Terlalu Cepat
Namun, tidak jarang perubahan kebijakan yang dilakukan pasca pergantian pejabat menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampaknya adalah ketidakstabilan di sistem pendidikan, di mana kebijakan yang baru memerlukan waktu untuk diimplementasikan, namun guru dan siswa sudah dihadapkan pada kebijakan baru yang mungkin berbeda dari sebelumnya. Hal ini sering kali menyebabkan kebingungannya para pendidik dalam mengadaptasi materi ajar atau metode evaluasi yang baru, yang berpotensi menurunkan kualitas pendidikan dalam jangka pendek.

Misalnya, perubahan kurikulum yang dilakukan terlalu sering bisa mengganggu proses pembelajaran yang sudah berjalan. Siswa dan guru harus beradaptasi dengan pendekatan baru yang bisa jadi tidak sesuai dengan kondisi atau kesiapan mereka. Akibatnya, pembelajaran menjadi kurang efektif dan merugikan pihak-pihak yang terlibat.

Selain itu, pergantian kebijakan yang dilakukan secara tergesa-gesa tanpa sosialisasi yang cukup juga bisa menambah beban administratif di sekolah-sekolah. Guru, kepala sekolah, dan pegawai pendidikan lainnya harus menyesuaikan diri dengan kebijakan baru tanpa persiapan yang memadai, yang bisa menambah tekanan kerja mereka.

Stabilitas Kebijakan dalam Pendidikan: Kunci Keberlanjutan
Stabilitas kebijakan pendidikan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas pendidikan yang baik. Kebijakan yang stabil memungkinkan para pelaku pendidikan---guru, siswa, kepala sekolah---untuk berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan kompetensi, tanpa harus khawatir akan perubahan besar-besaran yang mengganggu proses tersebut.

Dalam hal ini, meskipun perubahan kebijakan adalah hal yang wajar dalam sistem pemerintahan, penting untuk memastikan bahwa kebijakan pendidikan yang digulirkan tetap relevan dan dapat diterapkan secara konsisten dalam jangka waktu yang panjang. Untuk itu, proses perencanaan kebijakan perlu melibatkan banyak pihak, termasuk guru, kepala sekolah, dan ahli pendidikan, agar kebijakan yang dibuat benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan tantangan di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun