Canisius College Cup atau biasa dikenal dengan CC Cup adalah kompetisi tahunan di Kolese Kanisius yang melibatkan berbagai cabang olahraga, seperti sepak bola, basket, voli, dan berbagai cabang perlombaan lainnya. Pada saat itu, menjadi seorang siswa kelas 11 di SMA Kolese Kanisius yang dipercayakan sebagai Koordinator Dana untuk acara bergengsi Canisius College Cup (CC Cup) 2023 adalah tantangan yang sangat besar.Â
Bagi saya, tanggung jawab ini bukan hanya sebuah formalitas, tetapi juga ujian nyata terhadap kemampuan kepemimpinan, kreativitas, dan ketangguhan pribadi. Target mengumpulkan dana sebesar 1,5 miliar rupiah dalam kurun waktu kurang dari tiga minggu jelas bukan hal yang mudah, bahkan terasa seperti misi yang mustahil. Namun, pengalaman ini memberi saya kesempatan berharga untuk tumbuh sebagai individu yang lebih kuat dan matang.
Sebagai koordinator dana, saya menyadari bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual, tetapi juga pada keberanian, ketekunan, dan kemampuan beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah. Ini adalah kali pertama saya memimpin sebuah tim besar, sekaligus mencari sponsor untuk sebuah acara besar.Â
Dengan waktu yang sangat terbatas dan tantangan yang berat, perasaan cemas dan stres tidak dapat dihindari. Namun, saya menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk mengasah kemampuan saya dalam manajemen waktu, komunikasi yang efektif, serta menjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak.
Tahun 2023 menjadi momen penting karena untuk pertama kalinya CC Cup diadakan secara gabungan antara SMP dan SMA Kolese Kanisius. Dengan lingkup acara yang lebih besar, kebutuhan dana pun meningkat secara signifikan. Skala acara yang lebih besar ini menuntut strategi yang lebih efektif dan kerja sama tim yang lebih solid.Â
Pada awal proses, lambatnya respons dari calon sponsor sempat membuat saya khawatir. Meskipun sudah mengajukan proposal dan melakukan presentasi, arus masuk dana terasa sangat lambat. Hal ini menambah tekanan yang luar biasa, karena kami memiliki tenggat waktu yang sangat ketat.
Tantangan besar lainnya adalah mengelola tim dana yang terdiri dari 50 orang. Mengkoordinasikan tim sebesar ini menuntut kemampuan manajemen yang efektif, terutama dalam hal komunikasi dan kolaborasi. Masing-masing anggota tim memiliki tugas penting, mulai dari negosiasi hingga penyelesaian administrasi. Namun, tidak semua anggota tim memiliki pengalaman atau kemampuan untuk menangani administrasi secara mandiri, seperti menyiapkan faktur, surat permohonan, dan Memorandum of Understanding (MOU). Saya bersama koordinator lainnya harus terlibat langsung dalam proses tersebut, sering kali merasa kewalahan karena banyaknya dokumen yang harus disiapkan dalam waktu yang singkat.
Prinsip-prinsip Ignatian yang selama ini diajarkan, seperti nilai compassion, competence, dan conscience yang saya pelajari di Kolese Kanisius menjadi landasan kuat dalam menghadapi setiap tantangan.Â
Saya belajar bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang mengatur atau memberi instruksi, tetapi juga tentang memahami dan mendukung anggota tim dalam menghadapi kesulitan. Kolaborasi yang efektif dan rasa kebersamaan menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam setiap kesulitan, saya belajar untuk tidak mudah menyerah dan selalu mencari solusi.
Pengalaman ini dapat diibaratkan seperti menempuh lautan di tengah badai. Pada awalnya, kami terombang-ambing oleh berbagai tantangan yang datang bertubi-tubi. Namun, dengan arah yang jelas dan kerjasama yang solid, kami berhasil menemukan ritme dan cara yang tepat untuk mengatasi setiap masalah. Akhirnya, kami mencapai target dana sebesar 1,5 miliar rupiah tepat sebelum hari H, bahkan kami mampu mencapai lebih dari yang ditargetkan pada awalnya. Perasaan lega dan bangga yang saya rasakan tak ternilai harganya.