Mohon tunggu...
Christian Natalie
Christian Natalie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mari berkolaborasi dan berjejaring! "Orang Pesimis selalu menjadi bagian dari Masalah, Orang Optimis selalu menjadi bagian dari Solusi!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

I Love Netherlands, but ...

8 Juli 2010   11:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan cerita tentang perjalanan tim bola belanda di piala dunia 2010 maupun kemenangannya yang hingga tulisan ini diturunkan, sudah mempunyai tiket ke final. Tapi ini tentang kisah perjalanan sang penulis yang kebetulan mendapat anugerah bisa ke negeri Belanda di saat seru-serunya piala dunia. He really loves Netherlands and his trip, but... -------- Belanda dan Indonesia memang sudah tidak perlu dibahas lagi kekerabatannya. Tiga setengah abad negeri kita dijajah oleh mister-mister Belanda itu. Jauh-jauh mereka disana memang bukan tanpa alasan, alasan yang pastinya kita tahu adalah daerah mereka gak lebih besar dari Aceh. Luasnya 41.528 km persegi dan dari luas tersebut, sekitar 24 %nya di bawah permukaan laut. Satu2nya yang mereka takuti adalah banjir/luapan air laut. Dari keterbatasan itulah negeri itu terkenal dengan teknologi DAM-nya. Tapi entah kenapa, Indonesia 350 tahun tidak belajar dari ilmu anti banjir si Belanda. Perjalanan saya setelah dari beberapa kota kecil nan indah dan rapih Belanda, akhirnya berakhir di ibukota Amsterdam. Kota yang luar biasa kecil dan disekat-sekat oleh kanal (pelindung banjir), sehingga seringkali kota ini disebut kota seribu pulau karena dikelilingi oleh sungai-sungai kecil ibarat menjadi pulau. Kota ini merupakan kota TERBEBAS di dunia. Semua tersedia dan semua legal, hingga obat-obatan terlarang (dengan catatan pemakaian sendiri) dan prostitusi. Saya sangat menyukai kota ini, bukan karena 'bebasnya' itu, tapi walaupun begitu, orang-orangnya masih lebih berbudaya dan sangat bersih serta rapih. Kota ini juga satu2nya kota yang jumlah sepedanya melebihi jumlah penduduknya sendiri. Sepeda berkeliaran dimana-mana, ibarat sampah yang bisa kita temukan di segala sisi kota Jakarta. Entah siapa saja pemiliknya. Karena keindahan kota ini, makanya kota ini menjadi tempat labuhan orang-orang dari berbagai etnis, sehingga kita bisa melihat multi rasial di kota ini. Hingga di hari-hari terakhir saya ingin sekali menginjakkan kaki di kota dan negeri ini kembali, mungkin kalau ada kesempatan bisa berkuliah S2 di sini. Namun, ada insiden yang membuat saya shock. Kumpulan dokumentasi foto dan video yang disimpan selama perjalanan tour tersebut di handycam raib seketika. Dikarenakan tertinggal saat makan pagi di restoran hotel, sayangnya baru menyadari saat perjalanan di bus. Pertama-tama saya tidak begitu kuatir karena hotel itu berbintang empat, yang notabene keamanannya pasti cukup terjamin, kalau ada barang tertinggal seharusnya mudah diketemukan apalagi saya ingat persis tempat tertinggalnya. Namun saya baru menyadari bedanya budaya eropa, mungkin mereka sebut itu budaya disipilin dan prosedural, namun saya sebut budaya itu RIBET dan TIDAK FLEKSIBEL serta TIDAK REALISTIS! Sesampainya sore hari di hotel, saya dan keluarga serta tour leader langsung ke resepsionis, setelah sebelumnya telepon untuk klaim dan minta dicarikan. Namun ternyata tidak ditemukan. Lalu saya teringat kamera CCTV yang terpasang di sudut restoran tepat didepan meja makan tempat saya makan. Dengan begitu pasti terlihat video dokumentasi hingga kejadian yang menemukannya. Namun ribetnya mati-matian, hingga harus besok pagi melihatnya, yang notabene besok pagi adalah keberangkatan saya pulang ke Jakarta. Akhirnya dengan tidur yang tidak tenang, paginya kami langsung kembali ke petugas hotel. Lalu setelah bertemu dengan Manajer Restoran Hotel tersebut, kami tidak mendapat secercah harapan terang, si bule manajer itu mengatakan bahwa perlu 1 jam untuk melihatnya dan dia tidak bisa banyak berbuat banyak. Karena apabila ada barang yang tertinggal pasti diberikan ke resepsionis. ARGhHHhhhHHHHhhh!!!!!! Dan hingga detik ini dan tulisan ini diturunkan saya dan pastinya keluarga sangat kecewa dan masih shock akan kumpulan dokumentasi yang telah kami buat dari awal perjalanan tour. Dan semua itu hilang seketika. Namun kami masih berharap keajaiban itu datang.. Semoga videonya tidak disebar oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab (belajar dari kasus artis dan musisi indonesia,hehe) europetrip.27june-7july2010. all photos from www.google.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun