Mohon tunggu...
Christian Hermawan
Christian Hermawan Mohon Tunggu... -

Lulusan psikologi UI, Marketing researcher, christianhermawan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Drama

Kepal Jari Jadi Tinju, UI Kampusku, Bersatu Almamaterku, UI!

2 Februari 2012   12:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saudara-saudara sekalian! Saya, Sukarno telah minta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu lagi peristiwa penting dalam sejarah kita. Setelah kita memperoleh kemerdekaan dari tangan para penjajah, kita tidak boleh terlena. Kita tidak boleh lalai! Penjajah masih terus mengincar tanah merdeka kita. Perjuangan harus tetap kita lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan ini! Untuk mempertahankan kemerdekaan itu kita perlu menyediakan pendidikan yang baik untuk anak-anak kita! Hanya melalui pendidikan yang baik kita akan diperhitungkan oleh dunia. Kita harus dapat mencetak insinyur-insinyur, dokter-dokter, guru-guru, dan profesi-profesi lainnya untuk membangun negeri yang masih sangat muda ini. Oleh karena itu, hari ini, kita akan meresmikan sebuah badan pendidikan tinggi pertama di Indonesia, yang kita namai Universiteit Indonesia. Universiteit yang membawa nama negara kita. Universiteit yang akan mendidik anak-anak terbaik dari seluruh negeri untuk membangun negara kita dan mempertahankan kemerdekaan kita! Melalui pembangunan universiteit ini, mari kita tunjukkan kepada para penjajah bahwa negara kita berdaulat dan mempunyai banyak anak-anak yang memiliki kecerdasan dan akhlak yang lebih baik dari mereka. Mereka tak pantas menganggap kita lebih rendah karena segera UI ini akan mencetak para pemimpin-pemimpin bangsa yang berani melawan segala macam ketidakbenaran penjajah! Dengan ini, saya resmikan universiteit pertama di Indonesia, Universiteit Indonesia!

62 tahun sudah sejak pidato tersebut dibacakan oleh Bung Karno, presiden pertama Indonesia. Saat itu aku hanya seorang calon mahasiswa Fakulteit Kedokteran. Sungguh kebanggaan tak terkira saat itu bisa masuk UI karena tak sembarang orang dapat berkuliah di sana, dan aku satu diantara sedikit orang itu. Berkuliah di UI adalah masa-masa yang sangat menyenangkan. Mulai dari kegiatan di kelas, organisasi-organisasi, hingga kisah cinta yang mengisi masa kuliahku. Dulu, UI sangat tepat dikatakan sebagai miniatur Indonesia. Teman-temanku berasal dari berbagai macam suku bangsa, agama, dan tingkat ekonomi. Walaupun beraneka ragam namun kami tidak pernah merasa perbedaan itu adalah sesuatu yang memisahkan, justru sebaliknya, perbedaan adalah untuk melengkapi. Di masa awal UI, masih banyak lekturer kami berasal dari luar negeri karena keterbatasan tenaga pendidik tinggi di Indonesia. Aku ingat aku sering sekali berdiskusi asik dengan dosenku yang berkebangsaan Belanda. Tidak ada kesan bahwa dia adalah bangsa penjajahku dan kami adalah bangsa yang dijajah oleh mereka. Masa-masa aku ikut organisasi ekstra kampus pun tak kalah seru. Kekagumanku pada bung Karno membuat aku memilih untuk ikut  Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. Aku belajar berorganisasi dan berpolitik di sana. Dan tentunya aku tak dapat melupakan masa-masa pacaran ketika aku kuliah dulu. Dulu aku sering mengantar pacarku ke kosannya memakai sepeda ontel andalanku yang masih utuh hingga kini. Dari 10 tahun masa kuliahku, aku sempat berpacaran dengan beberapa orang, salah satunya hingga kini telah menjadi pasangan hidupku. UI ku dulu adalah kampus yang masih jauh dari memadai. Fasilitas yang dimiliki ketika aku kuliah masih sangat minim, baik dari jumlah maupun kualitas. Tapi aku dan teman-temanku tak pernah terlihat kesal atau mengeluh karena kami tetap menyimpan kebanggaan sebagai mahasiswa dari universitas yang menyandang nama Indonesia. Kami memang tak punya alat-alat modern atau bangunan yang memadai, tapi kami tetap berusaha mewujudkan tujuan diadakannya UI. Di hari ulang tahun UI ke 62, dari pinggir danau di kampus baru UI Depok ini, aku dapat melihat kemegahan perpustakaan UI yang disebut sebagai perpustakaan terbesar di ASEAN. Sebuah bangunan megah yang sangat sering dibanggakan oleh UI. Selain itu, kini UI juga telah mempunyai jalur sepeda dan shelter-shelter peminjaman sepeda. Sungguh fasilitas yang, bahkan mimpi memilikipun, aku dan teman-teman kuliahku tak berani saat kami kuliah. Pada ulang tahun ke 62, tampaknya UI ku sedang sakit. Di luar fasilitas yang kusebut sangat mewah itu, ternyata nama UI tidak lagi seharum ketika awal dibentuk. Ketika awal dibentuk, seluruh elemen masyarakat percaya bahwa UI adalah sebuah institusi terbaik di negeri ini dan orang-orang di dalamnya adalah orang-orang terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Tidak ada yang meragukan itu. Walaupun begitu, kami tetap menjaga kepercayaan masyarakat dengan tetap menjaga integritas dan idealisme kami. Semua sudah berbeda sekarang. Sebuah contoh sederhana, saat orang ditanya pilih UI atau ITB, banyak orang, bahkan teman-teman anakku yang kuliah di UI justru memilih ITB. Ada yang salah dengan keadaan ini. Kebanggaan yang aku dan teman-temanku punya mulai lenyap entah kemana. Aku tidak tahu banyak soal penerimaan mahasiswa baru yang disebut-sebut menjadi lebih mudah dan hanya formalitas bagi yang punya uang. Aku tidak tahu isu bapak rektor yang diduga korupsi hingga merugikan negara. Aku tidak paham soal kaderisasi dari partai tertentu di UI. Mungkin kalau tanya Emil, dia lebih paham. Yang aku tahu sekarang, banyak yang meragukan kualitas UI. Banyak yang meragukan UI masih kampus perjuangan, meragukan UI punya integritas dan kemampuan untuk berperan dalam mencetak pemimpin-pemimpin bangsa yang berakhlak mulia dan berpihak pada kebenaran bukan pembenaran. Bagaimanapun aku masih punya harapan bahwa UI akan kembali menjadi kampus terbaik di Indonesia bukan hanya secara statistik, tapi juga kontribusi nyata dalam mencetak pemimpin-pemimpin bangsa yang berakhlak dan pengetahuan baik seperti harapan Bung Karno ketika pertama kali meresmikan UI ini. Umurku mungkin tak lama lagi, tapi aku percaya generasi-generasi sekarang akan mampu mewujudkan harapanku. Pada akhirnya seluruh elemen UI tidak akan mempermalukan nama Indonesia yang disandang UI. Selamat ulang tahun kampusku! Jayalah selalu bersama Indonesia yang namanya kau sandang! [caption id="attachment_754" align="aligncenter" width="288" caption="Kampusku dulu"][/caption] p.s. Tulisan di atas, termasuk pidato Bung Karno hanyalah fiktif belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun