Seberkas cahaya ditengah sudut kota itu, menyinari sepasang muda-mudi dalam malam yang disebut dengan malam perpisahan. Hari ini dia akan pergi untuk kembali ke tanah perantauan, hari pertemuan seakan baru kemarin dan hari perpisahan seakan tak ingin datang lagi, seperti genggaman ini yang tak henti untuk saling merekat.
Dimana ada rasa yang terpisah dalam jarak dan waktu yang berbeda tapi dapat saling mengingat setiap pertemuan yang ada. Mereka hanya punya cerita untuk diulang setiap malam datang dikala rindu mendekap. Rasanya tak pernah berubah walaupun kini tidak lagi saling menggenggam tetapi saling mendoakan dan menjaga hati yang terpisah.
Entah sampai kapan pertemuan akan berlangsung kembali, hari ini akan menjadi hari yang sama ketika hanya aku dan jarak yang ada diantara kita. Sabar seakan kata yang lebih indah dari cinta itu sendiri, cinta lebih dimaknai sebagai penantian mengenai ujung cerita ini.
Salahkah ketika menuntut mesra diantara waktu pertemuan yang ada, selamanya sampai kita tua ingat lah tulisan ini datang disaat rasa itu ada, rasa dimana rindu sang anak manusia terbendung oleh jarak namun selalu yakin akan cinta sampai menjadi debu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H