Mohon tunggu...
CHRISTIAN HALIM
CHRISTIAN HALIM Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Christian Halim

Seorang Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB : Personal Interest: Bussines, Agriculture, Personal Finance

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teknologi, Antara Kita "Memperalat atau "Diperalat"

30 Juli 2021   20:35 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:24 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            sumber:https://yoursay.suara.com/news/2019/12/11/135739/kecanduan-gadget-pada-usia-dini-semakin-menghawatirkan

Di era perkembangan teknologi yang begitu cepatnya di abad ke-21. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sekarang hidup dekelilingi oleh fasilitas teknologi yang semakin canggih dan terbarui setiap saatnya. Berkat teknologi, berbagai aspek-aspek dalam kehidupan kita juga semakin mudah dan efisien, seperti membantu perekonomian sampai dengan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata teknologi mengandung arti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Sebagai pelajar maupun mahasiswa tentunya hubungan kita tidak bisa dipisahkan oleh kehadiran teknologi. Mulai dari pembelajaran jarak jauh atau daring, sampai dengan berkomunsikasi lewat media sosial dengan teman. Tentunya hal tersebut sangat memudahkan hidup, kenapa? kita tidak perlu repot-repot datang  ke sekolah yang membuang lebih banyak waktu dan uang. Terlebih banyak masyarakat pedalaman yang belum mendapat akses pendidikan yang layak, sekarang mereka memiliki akses yang sama dengan setiap orang, asalkan memiliki internet yang baik maka seluruh dunia ada di tangan anda. Belakangan ini kita bisa melihat banyak pengembang-pengembang aplikasi hadir dengan dasar untuk memecahkan berbagai masalah dari skala kota maupun nasional. Jadi bisa kita lihat bahwa memang betul teknologi dapat membantu salah satu aspek dalam hidup kita semakin mudah. Namun, tentunya setiap perubahan yang se-demikian cepatnya perubahan ada berbagai masalah yang harus kita hadapi sebagai masyarakat.

Salah satu perkembangan teknologi yang sangat dekat dengan kita salah satunya adalah dengan kehadiran nya ponsel cerdas (smartphone). Di Indonesia saja pengguna ponsel pintar mencapai 167 juta atau 89% dari jumlah populasi. Dan angka ini diprediksi akan terus meningkat setiap tahunya. Informasi ini merupakan hasil survey Menkominfo seperti di kutip dari Media Indonesia. Penggunaan ponsel pintar yang secara masif tentunya timbul berbagai masalah di masyarakat. Salah satunya adalah nomophobia, Nomofobia sendiri adalah perasaan cemas atau takut lepas dari ponsel. Nomophobia sebenarnya singkatan dari no-mobile phobia. Rasa takut jauh dari ponsel ini bahkan sudah mengarah kepada gangguan jiwa, bukan lagi sekedar kecanduan. Dalam penelitian berdasarkan yang dilakukan oleh pos inggris di tahun 2010, YouGov hampir menemukan hampir 53% pemakai ponsel akan cemas dalam kondisi kehilangan ponselnya, dan kehabisan baterai dan kuota internet. Ponsel cerdas sudah bagaikan jati diri kita yang selalu dibawa kemana-mana, tanpa sadar efek ketergantungan membuat kita menjadi individu yang terbelenggu dalam dunia maya. "Menjauhkan yang dekat, Mendekatkan yang jauh" itulah kata pepatah. Alat yang dahulu kita anggap sebelah mata, kini pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan sehari-hari.

Zaman sekarang, sebagai pengguna teknologi. Kita harus bijak dalam menggunakan perangkat ponsel cerdas. Alat yang sebelumnya bermanfaat, jangan menjadikan diri kita  di per "alat". Biasakan untuk tidak terlalu menggantungkan diri dengan teknologi. Atur jadwal bermain ponsel cerdas dengan baik, misalkan setelah beraktifitas. Khususnya dalam pekerjaan seharusnya jangan sampai terganggu oleh distraksi lain. Perbanyak aktifitas di luar ruangan, bermainlah dengan teman, olahraga, gunakan waktu sebaik dan produktif. Selain mengurangi kejenuhan juga bisa menjadi sarana hiburan bagi diri kita. Jika sudah merasakan kegelisahan tingkat lanjut segera konsultasikan ke psikologi. Mari kita ubah kebiasaan buruk. Karena dari kebiasaan akan membentuk pola pikir, dan pola pikir akan membentuk budaya baik dalam diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun