Mohon tunggu...
Christanto Nugroho Sir
Christanto Nugroho Sir Mohon Tunggu... -

praktisi HR, gitaris, lari, baca buku\r\n\r\nfollow: @chris_bassist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maksud Pelipatgandaan 30, 60, 100

9 Desember 2013   09:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13865563391558771524

Kalo anda membaca artikel sebelumnya mengenai persembahan dan pelipatgandaan, anda mungkin bertanya-tanya “kan pelipatgandaan ada di alkitab, ga salah dong??” Saya pun bertanya hal yang sama.

Teks “pelipatgandaan” sebetulnya tersebar di beberapa bagian alkitab dari PL sampai PB dengan arti/maksud yang berbeda-beda, sesuai peristiwa dan zaman-nya. Karena di mimbar kita sering mendengar “Mari beri/tabur, pelipatgandaan 30, 60, 100 kali ganda”, saya akan membahas yang ini. Persembahan dikaitkan pelipatgandaan, benarkah hal ini?

Alkitab-pedia

Untuk memahami pelipatgandaan secara benar, perlu melihat sumber serta konteks ayat. Kita mulai dari pertanyaan: dimana ayatnya? Ide pelipatgandaan 30, 60, 100 kali lipat bisa kita temukan di Injil Matius 13, Markus 4 dan Lukas 8. Setali 3 uang intinya sama, cuma beda bahasa.

Supaya anda bisa mengawal tulisan ini dengan obyektif, kita baca dulu Matius 13, Markus 4 dan Lukas 8 sebelum melanjutkan. Silahkan membaca… Ok sudah?

Ringkasan ceritanya, Tuhan Yesus suatu hari berada di pinggir danau sedang bicara di depan orang banyak tentang perumpamaan penabur benih. Penabur benih itu menabur lalu di-skenariokan Tuhan Yesus benih-benih tersebut jatuh di berbagai tempat/platform.

Saya mencatat ada 4 tempat jatuhnya benih, yaitu benih jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu, di semak duri dan di tanah yang baik (subur). Tidak semua benih tumbuh. Benih dipinggir jalan habis dimakan burung, benih di tanah bebatuan mati kekurangan tanah dan benih di semak juga mati terhimpit semak. Hanya 1 benih yang berhasil tumbuh, benih yang jatuh di tanah baik/subur.

Cius Asli?

Ibarat orang akan memotong kabel bom, ia harus tahu benar kabel mana yang harus dipotong. Menafsirkan ayat juga ga kalah genting, harus hati-hati, melihat konteks ayat secara menyeluruh.

Terkait persembahan dan pelipatgandaan, konteks/hal paling penting yang harus kita ketahui adalah benih apa yang ditabur? Karena disini-lah banyak orang salah kaprah termasuk saya (dulu). Kalo anda membaca teliti Matius 13, Markus 4 dan Lukas 8 anda sudah menemukan kuncinya. Markus 4:14 menjelaskan sangat clear: “Penabur itu menaburkan firman.”. Kemudian Matius 13:23, “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." Terakhir ditegaskan Lukas 8:11, “Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.”

Jadi konteks yang ditabur adalah benih firman, bukan lainnya. Yang berlipat ganda 30, 60, 100 ialah firman Tuhan, bukan persembahan. Demikian pengertian asli-nya, kok bisa diganti nabur uang/persembahan gimana sih? Maksud Tuhan Yesus adalah orang yang mendengar firman akan berbuah, rohaninya bertumbuh dalam kebenaran, bukan orang menabur persembahan duitnya jadi tambah banyak ato jadi dapat pemulihan.

Teliti Sebelum “AMIN!”

Baiklah dalam kehidupan umat/jemaat kristiani yang ingin terus bertumbuh kita harus cerdas teliti mendengar atau membaca firman. Bangun sikap kritis, tidak asal “amin”. Kritis bukan berarti tidak percaya firman, tapi menseleksi interptretasi mana yang tepat dan kurang tepat.

Memang kalo sudah masuk ruang gereja ditambah alunan musik suasananya jadi “surgawi”, seolah-olah yang disampaikan dari atas mimbar hampir tidak bisa salah. Pastikan konteks ayat yang dimaksud digunakan secara benar, tepat dan tidak disalah guna. Jemaat boleh mengawal gerejanya, seperti lantunan lagu “Mau dibawa kemana hubungan kita?”

Kalo 1 jemaat salah tafsir, teman/pendeta bisa memberi tahu; tapi kalo gereja salah tafsir begitu massive daya rusaknya.

Bukan bermaksud melawan gereja/pendeta tapi jemaat punya hak mendapat pengertian firman yang benar dan murni.

By: Christanto Nugroho

Desember – 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun