Mohon tunggu...
Christabel Kayana
Christabel Kayana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Membaca Novel | Musik

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

A Man Called Otto: Ketika Harapan Ditemukan Melalui Orang-Orang di Sekitar Kita

28 Desember 2024   22:49 Diperbarui: 28 Desember 2024   22:49 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktor Tom Hanks berperan sebagai Otto Anderson dalam film karya Marc Foster (Columbia Pictures)

Film A Man Called Otto (2023) merupakan film melodrama yang di produksi oleh Columbia Pictures dan berhasil didistribusikan oleh Sony Pictures Releasing. Film yang masih berbalut dengan komedi ini juga berhasil ditayangkan berkat campur tangan Marc Foster sebagai sang sutradara, serta David Magee yang berperan sebagai tokoh dibalik layar dalam proses pembuatan skenario film ini.

Film yang diadaptasi dari sebuah film Swedia yang berjudul A Man Called Ove (2015) ini menampilkan Tom Hanks yang berperan sebagai Otto Anderson. Cerita dimulai dengan pengenalan pada karakter Otto yang keras kepala dan juga pemarah. Selain itu, semenjak kematian istri nya, duka yang dialami oleh Otto seolah-olah tidak berkesudahan sehingga membuatnya menjadi pribadi yang lebih suka menutup dirinya dari lingkungan sosial luar. Namun dibalik karakternya yang tergolong tidak peduli terhadap sesama dan pemarah, ia merupakan orang yang sangat disiplin dan taat akan peraturan, hal ini tampak dari kebiasaan Otto yang sering memprotes orang-orang yang membuang sampah tidak sesuai jenisnya dan memilah sampah yang dapat didaur ulang. Namun tetap saja, kesedihan yang masih membekas akan kepergian mendiang istrinya membuat Otto berulang kali jatuh dalam keputusasaan hingga berulang kali mencoba upaya untuk mengakhiri hidupnya.

Namun, kehidupan Otto mulai berubah semenjak kedatangan Marisol, tetangga baru di depan rumahnya. Marisol yang diperankan oleh Mariana Trevio memiliki karakter yang justru sangat bertolak belakang dengan Otto. Marisol memiliki karakter yang ceria, dan penuh dengan semangat. Meskipun Marisol berulang kali harus menghadapi sikap Otto yang acuh tak acuh kepada dirinya, namun Marisol tetap berusaha untuk berinteraksi dengan Otto dan menjalin hubungan yang baik dengannya. Kegigihan Marisol untuk terus ingin menjalin hubungan baik dengan Otto, membuat Otto pun akhirnya luluh, dan menjadi dekat tidak hanya dengan Marisol, namun juga keluarganya.

Marisol yang diperankan oleh Mariana Trevio dalam film A Man Called Otto
Marisol yang diperankan oleh Mariana Trevio dalam film A Man Called Otto
Film yang memiliki durasi selama 126 menit ini berhasil dibawakan oleh Tom Hanks dengan sangat baik. Tom berhasil menampilkan spektrum emosional dalam setiap adegan-adegan nya. Penonton berhasil dibuat tergelak dengan sisipan komedi dari film ini, namun penonton juga masih bisa merasakan kesedihan serta kesepian Otto melalui adegan-adegan menyentuh yang ditampilkan, tanpa berusaha menghilangkan  makna pesan yang berusaha disampaikan melalui film ini. Pengembangan karakter dari karakter Otto yang pada mulanya memiliki karakter acuh tak acuh menjadi pribadi yang pada akhirnya mulai berani untuk meminta tolong  pun berhasil dibawakan oleh Tom dengan baik menjelang menit-menit terakhir dalam film.

Tidak jauh berbeda dengan peran Mariana sebagai Marisol, keceriaan serta rasa penuh empati dari Marisol yang ditampilkan hampir dalam setiap adegan nya dengan Otto berhasil membuat penonton merasakan dinamika kehangatan antara mereka berdua. Keberanian nya juga dalam menghadapi konflik seolah menunjukkan pesan implisit bahwa rasa empati dan keberanian untuk membuka diri merupakan upaya yang dapat dilakukan ketika kita ingin menembus dinding pertahanan emosional seseorang. Melalui perannya yang berhasil memberikan harapan baru pada Otto, membuat Marisol menjadi sosok yang penting dan berperan besar dalam film ini.

Dengan berbekal visual film yang memanjakan mata dan pemilihan lokasi di daerah pinggiran kota Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat sebagai latarnya, film ini berhasil menyampaikan sinematik emosional melalui adegan-adegan yang telah ditampilkan. Misalnya saja pada saat Otto berada dalam kondisi kesepian, dan putus asa, maka pencahayaan untuk film sengaja dibuat redup untuk menambah kesan dramatis. Begitu juga ketika film ini mulai memunculkan adegan-adegan yang menggambarkan kehangatan, maka pencahayaan sengaja dibuat terang agar kesan harapan yang baru dapat tersampaikan.

Meskipun secara visual film ini cukup menarik, namun dari segi alur cerita film yang mudah untuk diprediksi kurang memberikan kesan rasa penasaran bagi penonton untuk menunggu adegan-adegan selanjutnya. Dalam alur flashback ketika diceritakan masa lalu Otto dengan Sonya, Istri nya, yang diperankan oleh Rachel Keller, juga terkesan terlalu terburu-buru dari adegan yang satu menuju adegan selanjutnya, sehingga dapat dibilang kurang dalam mengolah transformasi emosional nya. Beberapa alur yang dibiarkan berjalan terlalu terburu-buru juga menyebabkan tema utama dan makna dari film yang seharusnya dapat ditangkap oleh penonton menjadi kurang maksimal.

Dilihat dari alur cerita yang diangkat, film ini memberikan perspektif kritis kepada para penonton. Hal ini dapat terlihat dari dampak kematian orang yang kita cintai terhadap kehidupan seseorang, dan bagaimana cara kita untuk tetap melanjutkan hidup selepas kepergian orang tersebut. Kemudian bagaimana peran lingkungan sosial sekitar kita yang dalam film ini di representasikan sebagai tetangga di lingkungan sekitar tempat tinggal Otto dalam membantu proses penyembuhan pasca kejadian yang traumatik bagi Otto. Serta hal kontras apa yang dapat menjadi pembanding apabila kita berani untuk meminta bantuan kepada orang lain dan rasa kepercayaan bahwa masih ada dunia luar yang lebih baik, apabila kita tidak hanya terfokus pada satu tujuan dan kesempatan.

Film ini juga mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini memiliki makna lebih dari apa yang kita pikirkan. Ketika kita berpikir bahwa dunia kita terasa seperti telah berakhir, namun terkadang kita tidak menyadari bahwa harapan bisa datang darimana saja, bahkan jangkauan terdekatnya bisa melalui orang-orang di sekitar kita. Hingga pada akhirnya nanti kita kembali menyadari bahwa kebaikan dan ketulusan orang lain bisa mengubah segalanya. Dari sinilah juga kita akan pada akhirnya dapat menghadapi rasa kehilangan dengan lebih bijaksana.

Dari segi keseluruhan yang berhasil ditampilkan, film ini tetap berhasil untuk memberikan kesan menarik dan juga rasa terhibur bagi para penontonnya. Dengan memadukan cinta, kebaikan, ketulusan, rasa kehilangan, dan juga harapan, A Man Called Otto dapat menjadi tontonan yang layak dan inspiratif untuk dapat dinikmati di segala usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun