Mohon tunggu...
Kristyo Adi
Kristyo Adi Mohon Tunggu... -

mencoba menghargai arti setiap insan yang pernah hadir dihidup ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Pelajar Om, Bukan Pelacur

19 November 2011   08:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 5007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

“ Saat tubuh tak lagi mampu menopang ketidak adilan dunia ini,

maka percayalah...  ‘ Tuhan mengasihi engkau ‘

sekalipun logika manusia sulit untuk percaya itu “ – Kristyo Adi.

 

 

 

 

Mia. Panggilan akrabnya di sekolah. Dia baru kelas 2 SMU. Bisa dibilang, dia itu salah satu maskot sekolahnya. Bagaimana tidak, dia cantik, putih, postur tubuh langsing dan rambut panjang bergelombang, ditambah gaya pakaiannya yang selalu up to date dan ga pernah ketinggalan mode. Bak model yang selalu membuat mata lelaki ingin melirik dari ujung kaki sampai ujung kepala.

 Itu fisiknya. Prestasinya ? siapa bilang kalo cewe cantik pasti blo’on, senengnya cuman pacaran dari pada belajar. Mia selalu masuk ranking 3 besar dikelasnya. Dia juga rajin olah raga basket dan renang, sehingga membentuk dengan sempurna setiap lekuk bagian tubuhnya. Pantas sajalah dia jadi anak kesayangan guru – guru di SMU nya. Bahkan kemolekannya sudah terkenal sampai ke SMU - SMU lain dikota itu.

Urusan pacar, tentu bukan hal yang sulit baginya. Pilihan selalu berjejer bak ikan asin yang dijemur dipinggir pantai. Sikapnya yang selalu ramah dengan semua orang, menjadikan banyak orang mudah untuk mendekat. Padahal seharusnya dia sadar, ngga semua orang itu baik.

Dari semua cowo yang memujanya, dia memilih satu untuk dijadikannya pacar, agar dia lebih terlindungi dari cowo-cowo alay yang mengejarnya. Ups, bukan memilih... tapi ‘dipilihkan’ . Ibunya yang memilihkan untuknya. Nama cowo itu Ricky, anak seorang konglomerat yang rumahnya bak istana dalam cerita dongeng. Ibunya sengaja memilih Ricky, dengan harapan Mia kelak bisa menjadi istri anak konglomerat. Agar hidup mereka kelak bertabur harta kekayaan.

Sejak ayah dan ibunya bercerai 5 tahun silam, sang ibu adalah tulang punggung untuk Mia dan adiknya. Gaji sang ibu sebagai staff akuntansi di salah satu perusahaan, untuk saat ini bisa untuk hidup mereka bertiga. Tapi kekhawatiran akan masa depan anak-anaknya jelas ada dalam benak sang ibu, karena biaya hidup semakin mahal, dan tak selamanya ia bisa bekerja dikantor itu. itulah alasan utama Mia lebih diijinkan pacaran dengan Ricky ketimbang cowo – cowo abg yang lain.

                                                                                     

                                                                                                                                                                                              *** 

 

Masalah muncul ketika Ibu Mia dekat dengan seorang pria. Berpacaran. Ditengah tekanan akan mengurusi anak sekaligus membiayai semuanya, jiwa wanita si ibu ingin ada sosok yang bisa membantunya meringankan beban. Sebagai tempat untuk berkeluh kesah dan bersandar sejenak. Om Joni namanya, teman kuliah si ibu dulu.

Ibu Mia sangat percaya dengan Om Joni. Lelaki paruh baya ini sering datang kerumah Mia, membawakan makanan dan oleh-oleh sebagainya buat Mia dan adiknya. Mia dan adiknya pun selalu menerima pemberian Om Joni dengan terimakasih. Tak ada rasa curiga maupun tak suka dengan orang ini. ‘Dia pacar Mamah, pilihan Mamah’ .

Sore itu, Mia dirumah sendirian. Seperti biasa, ibunya kerja lembur hari itu. “ Akhir bulan, banyak laporan yang harus dibuat ” kata ibunya ditelephone. Adiknya sedang ikut les bimbingan belajar, biasanya menjelang petang nanti baru dia pulang, sehabis main dengan teman – temannya. Tiba – tiba saja ada tamu yang tak asing buat Mia.

“ Om joni, mamah lembur hari ini.... jadi ngga ada dirumah, emang ngga telephone dulu tadi sebelum kesini? “

“ Oh, sudah – sudah .... Om tadi sudah telephone mamahmu, dan memang Om kesini buat nemuin kamu sama adikmu, om pengen ngobrol sama kalian.... mana adikmu ? “ tanya Om Joni.

“ masih less, belum pulang ... emang mau ngobrol soal apa om ?? “ tanya Mia sambil menyusul tamunya duduk di sofa.

“ iya, Om mau ngobrol soal hubungan Om sama Mama kalian... tapi, Om boleh minta minum ngga ? seadanya aja, Om haus dari kantor langsung kesini tadi “

Tanpa curiga Mia langsung menuju kedapur untuk mengambilkan minum untuk kekasih ibunya. Saat langkahnya hampir sampai didapur, dia terperanjat, ternyata tamunya mengikutinya tepat dibelakangnya.

“ Om, koq ikut kedapur !! “ tanya Mia sedikit membentak. Namun bukannya menjawab, Om Joni malah mendekat mulut Mia dan membanting tubuhnya kelantai. Ternyata tamunya itu sudah mempunyai niat jahat dari awal. Dan begitu tau kondisi rumah yang benar-benar kosong, tanpa harus berpikir dua kali, dilancarkannya rencana bejatnya saat itu juga.

Tubuh Mia yang sudah terjungkal dilantai pun dengan mudah digagahinya. Tak kuasa Mia melawan, Om Joni bukan tandingannya. Sore itu tubuhnya yang indah akhirnya dinikmati oleh pujaan hati ibunya. Keperawananya hilang oleh seorang  yang digadang-gadang kelak akan menjadi ayah yang baik untuknya. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Belum pernah ia rasakan tubuhnya sesakit itu, ditindih oleh binatang besar berwujud manusia.

Setelah puas melampiaskan nafsu binatangnya, Om joni melangkah keruang tamu. Dia melongok kesana – kesini, cek apakah keadaan masih aman atau tidak. Lalu dia terlihat menelephone beberapa kali. Mia yang masih kesakitan berusaha berdiri lemah dari lantai yang terkena tetesan darah keperawanannya. Masih berusaha memakai pakaiannya, Om Joni muncul lagi. Kali ini ditangan kanannya ada sapu tangan yang dilipat. Dalam hitungan detik Om Joni sekali lagi mendekap mulut dan hidung Mia. Kali ini, Mia terkulai lemas.... pingsan. Dia dibius.

                                                                                   

                                                                                                                                                                                              *** 

 

“ Hei bangun... sayang... “ kata seorang lelaki tua gendut yang sudah bertelanjang dada didepannya. Mia tersadar, kaget dan pusing karena masih terpengaruh obat bius, dia melihat sekeliling ruangan itu.

“ Ini dimana ? “ tanya Mia pelan, tubuhnya masih sangat lemah, dan penglihatannya masih samar-samar.

“ Ini dirumah om... “ jawab lelaki botak itu. “ yuk, om udah ngga tahan...kamu kelamaan tidurnya, uangnya udah om kasih sama temen kamu didepan tadi “ lanjutnya sambil mulai menggerayangi tubuh ramping Mia.

“ hah ? jangan om,ampun.... saya bukan Pelacur.. “ teriak Mia parau, berusaha menghindari serangan si gendut gila didepannya.

“ om tau... kamu kan pelajar... iya to? Siswi SMA... “ kata om itu sambil mulai melepasi sepatu dan kaos kaki yang dipakai Mia.

“ loh, bajuku !!? “ seru Mia, kaget apa yang ia kenakan saat itu adalah seragamnya sekolah, lengkap dengan sepatu dan rok abu-abu.

“ Om jangan om, saya bener – bener pelajar, bukan pelacur “ isak tangis Mia. Pengaruh obat bius tadi benar-benar kuat, sehingga menguras seluruh tenaga Mia, bahkan untuk menggerakkan kakinya sekalipun.

Ternyata Om Joni yang sudah puas memperkosanya tadi, menjual dirinya ke Om girang yang ada didepannya saat ini. Dan pakaian seragam yang dikenakan Mia saat ini, tak lebih agar uang yang diterima Om Joni dari hasil mendagangkan Mia semakin besar. ‘Anak SMU Bos, baru pulang sekolah langsung saya bawa kesini, buat nemenin Bos ’... iklan Om Joni waktu menyerahkan Mia kepelukan lelaki tua yang dipanggilnya Bos.

Akhirnya, sore itu Mia benar – benar hancur. Sore jahanam. Sore dimana para binatang merenggut masa depan dan hidup gadis belia. Tak ada lagi kata yang bisa menggambarkan betapa terlukanya jiwa Mia.

Mia hanya bisa mengaduh lemas dan berharap, agar lelaki tua yang menindihnya saat ini segera puas dan pergi meninggalkan dirinya. Meninggalkan dirinya dengan kehancuran. Meninggalkan dirinya dengan kenistaan. Meninggalkan dirinya yang tak mungkin lagi sanggup bermimpi indah menjadi putri dongeng.

Dalam rintihannya Mia sesekali berkata terputus.... “ Mama, tolong aku....... “

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun