Mohon tunggu...
Christian Anugrah Wijaya
Christian Anugrah Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Interior Designer

Interior Designer

Selanjutnya

Tutup

Trip

GKJW Gubeng, Gereja Jawi dengan Sentuhan Khas Kolonial Belanda

8 April 2021   13:56 Diperbarui: 8 April 2021   14:03 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Ternyata bangunan dari GKJW Gubeng ini telah berdiri lebih dari delapan puluh delapan tahun amanya. Gereja ini juga memiliki keunikan yaitu memiliki tulisan aksara jawa diatas pintu gerbang gereja tersebut untuk memperkuat rasa Jawi Wetan, gereja ini ber-alamatkan di Jl. Prof. Dr. Moestopo 25-27, Surabaya. Gereja ini juga masih memiliki sentuhan arsitektur Kolonial Belanda yang kuat.

          Pioner GKJW yang berada di Gubeng ini ialah seorang Jerman yang berprofesi sebagai tukang arloji di daerah Peneleh, Surabaya. Tokoh tersebut bernama Johanes J. Emde yang dilahirkan pada 18 Desember 1774. Salah satu ciri yang menunjukkan dari Kolonial Belanda adalah gereja ini berdiri di atas tanah yang luas dengan dikelilingi taman-taman kecil di setiap samping bangunan, kebun-kebun yang mengelilingi bangunan gereja, terdapat batu alam yang menempel di setiap dinding luar gereja. Pada bagian atap menggunakan atap pelana yang merupakan pengaruh perkembangan arsitek pada tahun 1920an (Atap pelana dapat diartikan sebagai simbol Trinitas dan simbol GKJW).

Dok. pribadi
Dok. pribadi
          Namun kini bentuk dari bangunan GKJW sedikit mengalami penambahan, yakni adanya sayap kanan dan kiri sehingga tampak seperti berbentuk salib jika dilihat dari atas. Perubahan ini bertujuan dikarenakan bertambah banyaknya jemaat dari GKJW maka dibutuhkan juga ruang yang cukup untuk menampung banyaknya jemaat. Desain dari penambahan bangunan ini tetap berfokus pada arsitektur awalnya yaitu khas Kolonial Belanda.

          Sangat disayangkan karena adanya pandemi Covid-19 ini, Gereja GKJW ini sempat tidak aktif dan mengakibatkan beberapa kerusakan pada interiornya, seperti terjadinya rembesan air hujan pada dinding dan terjadi lumut. Tetapi pada interior bangunan tetap mempertahankan keasliannya yang dulu, seperti yang ada pada jendela mati yang terpengaruh dari gaya arsitektur modern pada tahun1900an.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
          Untuk kegiatan Gereja Jawi Wetan ini memiliki banyak jadwal, mulai dari senin sampai minggu, yaitu ;  Senin (pelatihan Gamelan), Selasa (rapat pengurus harian), Rabu (senam pagi lansia, sekolah alkitab warga, sekolah alkitab untuk anak), Kamis (Doa pagi dan malam, Latihan komisi wanita, Latihan komisi keluarga dan manula), Jumat (Latihan Ensamble Anak- anak), Sabtu (Persekutuan Remaja & Ibadah di Wilayah Kerja), Minggu (Ibadah Minggu / Kebaktian Umum).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun