Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Waspada! “Penyakit Laten” Timnas dan Suporter Kita!

29 November 2012   02:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:30 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

“Keberhasilan” Timnas Indonesia di Piala AFF Tahun ini, saat “selamat” dari kekalahan melawan Laos dan “menjungkalkan” Singapura, wajar disambut dengan gembira. Euforia! Harapan agar Tim Garuda menorehkan prestasi naik kembali dan memunculkan puja-puji. Meskipun ada juga pihak-pihak tertentu di negeri ini yang terlanjur berada pada “kubu” yang “tak gembira” dengan kemenangan itu karena “kisruh” di kepengurusannya, ungkapan-ungkapan bernada “tetep seperti semula” tampak tenggelam dalam fakta yang sekarang ini ada. Fakta kemenangan Tim Garuda atas tim kuat Singapura.

Harapan boleh ada. Optimisme layak dimunculkan. Namun, alangkah baiknya, ungkapan gembira dan mungkin bangga itu jangan sampai berlebihan. Kenapa demikian? Karena kita tahu, timnas kita masih banyak memiliki kekurangan. Sanjung dan puji, apalagi jika dengan tujuan memancing/membalas emosi pihak senegeri yang berseberangan, sebaiknya disingkirkan. Hal itu akan membawa pada sikap lupa bahwa perjalanan masih panjang, harus kembali membenahi segala kekurangan.

Bisa jadi, sekarang saatnya selebrasi. Namun jangan lupa untuk kembali berkonsentrasi. Bukan hanya timnasnya, namun juga kita sebagai suporternya. Ingat! Dari generasi ke generasi timnas yang kita punya, seringkali tak tahan dengan “pujian”. Beberapa kali terjadi, saat harapan rakyat dan suporter negeri ini begitu tinggi, dengan begitu “masif”nya puja-puji, timnas kita malah “ngehek” pada laga-laga selanjutnya. Bahkan saat laga itu merupakan “puncak” prestasinya. Yang terakhir saya ingat, saat Piala AFF sebelumnya. Tim Garuda yang komposisinya bisa dikatakan lebih baik dari yang sekarang, terlihat perkasa di babak sebelumnya, namun “mbleber” saat final. Kalah telak dari Malaysia yang justru di babak sebelumnya kita cukur dengan lumayan.

Memang, jika sepak bola dikaitkan dengan sejarah tim, boleh dicatat, ini rekor saat kita tak menang melawan Laos. Demikian juga rekor saat mampu mengalahkan Singapura. Namun ingat, ada pula sejarah penting yang selama ini belum tampak terpecahkan. Dari generasi ke generasi. Seperti “penyakit laten”, Timnas kita tak tahan dengan “pujian”. Tampil lumayan pada babak-babak awal, kenyang pujian, lalu terkapar di penghabisannya. Anti klimaks.

Garuda boleh terbang tinggi dalam selebrasi, juga kita para suporternya. Tapi jangan lupa untuk mendarat lagi, karena perjalanan masih panjang. Rekor “khusus”, tahan dengan pujian, harus juga terpecahkan. Begitu juga dengan suporternya, rekor untuk tak “kebablasan” dalam memuji.

Salam sepak bola.

.

.

C.S.

Tak lebih dan tak kurang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun