[caption id="attachment_156290" align="aligncenter" width="450" caption="Image from Google"][/caption]
Ini sedikit membuka bocoran riwayat masa lalu. Kurang lebih selepas Saya lulus SMA, sekitar tahun 1994. Waktu itu keinginan kuliah harus tertunda, karena orang tua tidak memiliki cukup biaya. Maka, singkatnya Saya bekerja di sebuah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) atau pom bensin untuk sedikit mencari pengalaman, terutama agar tahu sulitnya mencari uang. Juga ada keinginan untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil kerja untuk biaya kuliah yang tetap Saya idamkan. Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) waktu itu per liternya masih dibawah Rp.1000,-. Premium seharga Rp. 700,- per liter dan solar Rp. 380,- per liter. Sepintas saja gambaran masa lalu itu untuk pengantar, karena tema yang ingin Saya sodorkan bukan tentang biografi atau masa lalu itu saja. Yang ingin Saya wacanakan adalah sebuah keheranan selama ini, mengingat selama kurang lebih satu tahun itu bekerja di SPBU, Saya tak pernah sekalipun terserang penyakit influensa (batuk,pilek dan sejenisnya). Perlu diketahui, pekerjaan Saya sebagai petugas SPBU itu sehari-hari adalah melayani pembeli premium atau solar. Disamping itu seringkali juga menerima kiriman BBM dari tangki utusan Pertamina. Sebelum kiriman energi fosil itu dimasukkan ke tangki pendam (bawah tanah), terlebih dahulu Saya harus naik ke atas tangki itu, melongok ke dalam sambil membenamkan alat ukur dari pipa logam berwarna kuning keemasan (terbuat tembaga Saya rasa) yang telah di gurat kapur khusus pada titik perkiraan, untuk mengetahui ketepatan catatan dan jumlah BBM (Bahan Bakar Minyak) yang diterima. Demikian juga, Saya harus masuk ke lubang tempat tangki pendam SPBU itu ditanam, melakukan pengukuran dengan cara yang sama agar diketahui berapa jumlah BBM yang sebelumnya tersisa. Naik turun tangki BBM dan keluar masuk lubang tangki pendam dalam waktu lama itu beberapa kali Saya lakukan, juga ketika pengisian tangki pendam telah selesai. Maka itu selama satu tahun aroma premium dan solar (Pertamax belum dijual di SPBU ini waktu itu) sangat akrab di penciuman Saya. Jujur, Saya sangat suka aroma premium yang terhirup. Baunya khas, ada wangi yang tidak dimiliki parfum apapun. Untuk solar, aromanya kurang Saya sukai, sama sekali tidak wangi karena baunya jelas sangat keras seperti plastik terbakar dan tidak nyaman di penciuman. Mungkin karena seringkali menghirup aroma BBM itu, selama setahun Saya tidak pernah mengalami flu seperti yang tersebut di atas. Sepertinya virus tidak mampu menyerang karena terlebih dahulu mati atau menyingkir terkena aroma BBM di jalur pernafasan Saya. Dengan kata lain, ada semacam kekebalan di dalam tubuh Saya yang mampu mengenyahkan virus influensa. Padahal jika dihubungkan dengan kondisi tubuh atau kebugaran, jelas tidak relefan karena nyatanya Saya lebih sering berada dalam kondisi lelah dan kurang tidur sebab sering bertugas malam sampai pagi. Itu teori sederhana Saya saja sih, mungkin para ahli yang bisa memberikan jawabannya. Atau jika ternyata belum pernah diteliti hubungan sebab akibatnya, menurut Saya cukup menarik untuk mulai dilakukan penelitian. Ini juga hanya pengalaman Saya dahulu, entah petugas SPBU yang lain atau yang ada di masa sekarang. Berdasarkan fakta itu, sampai sekarang pun Saya masih penasaran. Apakah benar seringnya menghirup aroma BBM itu membuat Saya kebal penyakit flu? Jika tidak, lalu karena apa? Sangat kecil kemungkinan seseorang dalam kondisi biasa tanpa asupan multivitamin khusus bisa bertahan selama satu tahun tanpa pernah mengalami terserang penyakit influensa. Karena masih berupa dugaan serta pertanyaan penasaran, tentu saja Saya tidak menyarankan Anda, terutama dalam menghadapi cuaca ekstrem ini untuk sering-sering menghirup aroma BBM, agar kebal terhadap serangan flu. Tapi jika ingin mencoba, ya...silahkan saja, hanya harap diingat bahwa harga BBM itu cukup mahal jika hanya untuk di hirup-hirup saja. Untuk menghadapi cuaca ekstrem ini saran Saya hanya standar saja, yaitu agar tetap menjaga kondisi. Saya yakin Anda lebih mengerti. Salam sehat selalu. . . C.S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H