Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajian yang Menantang

18 Oktober 2012   02:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di sebuah kamar. (Suara lantang.)

“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, kita semua harus membuka mata. Jangan abai penuh terlena, niatkan melangkah dengan waspada. Jika terus begini keadaannya, negeri kita akan mengalami krisis pangan!

Lihat! Ini fakta! Lahan pertanian kita semakin menyempit, terdesak pembangunan yang tak berimbang. Petani mulai enggan menanam, karena tak tersejahterakan. Keterlaluan! Ini salah kita, mereka hanya ditekan untuk berproduksi dan terus berproduksi, tapi tak mengangkatnya dari lingkar kemiskinan.

Sudah saatnya kita berbenah, sadar diri menyusun langkah. Indonesia negeri yang kaya, begitu luas tanah subur dan lautannya. Bukan lautan, tapi kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Itu semua benar, mari kita kembali pada siapa kita sesungguhnya, petani dan nelayan. Jadi, pertanian, pangan, kelautan, harus lebih kita dahulukan.

Kita ini negeri beras, bermacam jenis, sayur dan buah, punya samudra garam, tiap jengkal bisa bertelur ayam, lenguh sapi di tiap padang! Kenapa harus impor? Kalau tak bisa tanam terigu, kenapa memaksa lidah akrab dengan holland bakery! Sudah saatnya kita stop impor pangan!

Kita harus berdiri, mandiri, dengan potensi negeri ini. Bahkan di masa yang akan datang nanti, dunia meminta makanan di sini!...Indonesia feed the world!!”

(Langkah mendekat, suara satu orang tepuk tangan)

“ Pak,...lumayan juga, latihan pidatonya. Cocok buat materi memikat rakyat nanti..”

“ Hehe,..gayaku di depan cermin ini sudah pantes, kan?”

“ Lumayan,..meyakinkan..”

“ Aku laper, nih Bu. Dari tadi merangkai gagasan..”

“ Ya, sudah, makan dulu sana..”

(Dua pasang langkah beranjak.)

Di meja makan.

“ Lho, apa-apaan ini, Bu!?”

“ Kenapa, Pak?!”

“ Jangan bercanda, aku kelaparan..!”

“ Ya, cepat dimakan, lah..”

“ Apaan? Singkong, kelapa parut, dan jengkol!?”

“ Kita juga harus latihan, Pak. Ini produk kita sekarang..!”

“ Terlalu! Mana nasi pulenku, empal sapi, tempe tepung, pisang sunpride, roti selai??”

“ Itu produk impor, kan?”

“@#@#@#@.....”

.

.

C.S.

Beritahu dunia luar, tentang nikmatnya jengkol...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun