Di sebuah kamar. (Suara lantang.)
“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, kita semua harus membuka mata. Jangan abai penuh terlena, niatkan melangkah dengan waspada. Jika terus begini keadaannya, negeri kita akan mengalami krisis pangan!
Lihat! Ini fakta! Lahan pertanian kita semakin menyempit, terdesak pembangunan yang tak berimbang. Petani mulai enggan menanam, karena tak tersejahterakan. Keterlaluan! Ini salah kita, mereka hanya ditekan untuk berproduksi dan terus berproduksi, tapi tak mengangkatnya dari lingkar kemiskinan.
Sudah saatnya kita berbenah, sadar diri menyusun langkah. Indonesia negeri yang kaya, begitu luas tanah subur dan lautannya. Bukan lautan, tapi kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Itu semua benar, mari kita kembali pada siapa kita sesungguhnya, petani dan nelayan. Jadi, pertanian, pangan, kelautan, harus lebih kita dahulukan.
Kita ini negeri beras, bermacam jenis, sayur dan buah, punya samudra garam, tiap jengkal bisa bertelur ayam, lenguh sapi di tiap padang! Kenapa harus impor? Kalau tak bisa tanam terigu, kenapa memaksa lidah akrab dengan holland bakery! Sudah saatnya kita stop impor pangan!
Kita harus berdiri, mandiri, dengan potensi negeri ini. Bahkan di masa yang akan datang nanti, dunia meminta makanan di sini!...Indonesia feed the world!!”
(Langkah mendekat, suara satu orang tepuk tangan)
“ Pak,...lumayan juga, latihan pidatonya. Cocok buat materi memikat rakyat nanti..”
“ Hehe,..gayaku di depan cermin ini sudah pantes, kan?”
“ Lumayan,..meyakinkan..”
“ Aku laper, nih Bu. Dari tadi merangkai gagasan..”
“ Ya, sudah, makan dulu sana..”
(Dua pasang langkah beranjak.)
Di meja makan.
“ Lho, apa-apaan ini, Bu!?”
“ Kenapa, Pak?!”
“ Jangan bercanda, aku kelaparan..!”
“ Ya, cepat dimakan, lah..”
“ Apaan? Singkong, kelapa parut, dan jengkol!?”
“ Kita juga harus latihan, Pak. Ini produk kita sekarang..!”
“ Terlalu! Mana nasi pulenku, empal sapi, tempe tepung, pisang sunpride, roti selai??”
“ Itu produk impor, kan?”
“@#@#@#@.....”
.
.
C.S.
Beritahu dunia luar, tentang nikmatnya jengkol...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H