Oleh : Chris Suryo (79)
[caption id="attachment_148835" align="aligncenter" width="300" caption="from google"][/caption]
Dukuh Kring VIII, pelosok Yogyakarta, Tahun 1983.
Pukul dua belas malam, Pak Marno masih termenung di pendopo rumahnya. Lelaki tengah baya, kepala dukuh (kampung) ini, belum juga dihinggapi rasa kantuk. Padahal biasanya, dia sudah terlelap bersama istrinya, yang sekarangpun telah pulas di alam mimpi.
" Aneh malam ini,githok*ku kokprindang-prinding*dari tadi. Halagh!, nggak usah mikir macem-macem ah, sejuta setan pun aku berani hadapi..", gumamnya dalam hati.
Suara ketukan keras di pintu membuat jantungnya berdegup kencang, karena memecah kesunyian aneh yang ia rasakan. Apalagi, dibarengi suara panggilan yang penuh ketakutan.
"Nak Dukuuuh,....tolong...Nak!".
Terhenyak, seolah melompat dari duduknya. Pintu kayu pun berderit dibuka. Tampak seorang perempuan tua, rambutnya telah memutih. Wajah yang keriput ini tampak pias, terlihat ketakutan dan kepanikan di sana, menghiba.
" Lho..., Mbah Karti,...ada apa?...malam-malam begini kok masih kelayapan?"
" Aduuhh...., aku habis dari pasar, kemaleman. Takut pulang sendirian, tolong Nak, aku diantar", Mbah Karti gemetaran.
"Hm..., ya udah. Ayo Mbah, Â kuantar pulang".