Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kunci (The Key)

30 November 2011   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

. [caption id="attachment_145675" align="aligncenter" width="399" caption="from google"][/caption] Kunci. Semua mengakui bahwa benda ini, yang meski dimaknai secara harfiah ataupun analog berarti sebagai sesuatu yang mampu membuka hal yang tertutup atau sengaja ditutup. Sejak ribuan tahun lalu, baik ada yang menyebut bangsa cina ataupun mesir lah yang pertama kali membuatnya, kunci adalah hal penting yang sangat-sangat dibutuhkan. Sebuah pintu gerbang kekar pun akan dengan mudah dibuka jika kita mempunyai benda kecil untuk membukanya, yaitu kunci. Sampai sekarang pun, sebagai benda atau alat, tak ada seorangpun yang sehari-hari lepas dari sesuatu yang bernama "kunci" ini. Setiap pagi kita menggunakan kunci untuk membuka pintu rumah kita, juga pintu pagar kita. Berangkat kerja, kita akan kebingungan jika kehilangan kunci kendaraan kita, di tempat kerja kita butuh kunci laci atau loker kita, mengaktifkan PC atau laptop penting untuk mengingat kata kunci (password) kita, berjejaring sosial seperti kompasiana pun kita harus login dengan kata kunci kita, dan masih banyak hal secara fisik keseharian kita yang tak lepas dari sebuah kunci atau bahasa kerennya disebut "The Key". Sedikit lebih abstrak, makna "kunci" seringkali diklaim atau disimpulkan sebagai sebuah "rahasia". Sering dianggap sebagai rahasia untuk mencapai sesuatu. Meskipun untuk hal ini, kebenarannya tentu saja sangat relatif. Namun tetap saja, banyak yang mencetuskan bahkan mempercayai bahwa sebuah ide, pendapat atau pun opini sebagai sebuah rahasia yang ditegaskan sebagai kunci ini. Rahasia selalu disetubuhkan dengan kunci. Seringkali kita atau orang lain mengemukakan sesuatu yang tidak nyata sebagai kunci nyata. Contohnya saja klaim tentang : Kunci sukses kaya usia muda, kunci sukses memperoleh bahagia, kunci menaklukkan pria/wanita, dan banyak lagi pendapat atau opini yang disodorkan sebagai kunci, yang dapat diganti dengan ungkapan rahasia (rahasia cinta, misalnya). Apapun itu. Baik kunci sebagai benda atau kunci sebagai ungkapan makna, substansinya adalah sama. Yaitu sebagai alat pembuka terhadap sesuatu yang masih tertutup atau ditutup. Terbukanya sesuatu itu sangat diharapkan sebagai sebuah langkah yang berkelanjutan. Kunci bisa membuka pintu untuk keluar rumah, kunci bisa menghidupkan kendaraan untuk berpindah dan sejenisnya. Lalu sesuatu kunci/rahasia kehidupan pun diyakini dan diharapkan sebagai langkah pembuka untuk kehidupan yang lebih baik. Dan semua sama maknanya. Saat sebuah kunci hilang atau patah, kita harus mempunyai kunci cadangannya. Atau, jika kita tak menemukan satu kuncipun, kita harus mencari dan menemukannya. Bahkan ada banyak diantara kita yang kurang sabar, saat tak memiliki atau belum menemukan kunci, lebih memilih membuka paksa ataupun mendobraknya. Dengan jalan pintas cara paksa seringkali melukai kita, yang tertutup itu mungkin bisa terbuka, namun pasti sedikit banyak timbul kerusakannya. Dan jangan lupa serta waspada, seringkali yang kita lihat sesuatu yang disodorkan sebagai kunci, namun ternyata hanya kunci palsu belaka, yang membuat hal yang ingin kita lalui tetap tertutup, enggan dibuka. Semua akan terbukti pada saatnya. Hm. Hidup ini memang tantangan untuk menemukan dan menggunakan berjuta-juta kunci. . . C.S.-mu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun