Masih hangat dalam ingatan kita ketika kebijakan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi mengalami “kebingungan” dan tarik ulur menjadi terkesan tak pasti. Kenaikan harga dibatalkan (tunda), pembatasan hanya “jalan di tempat", dan yang pasti kuota terpaksa di tambah lagi, padahal APBN semakin “ngeri”.
Yang menjadi sedikit harapan bergerak ke depan adalah program konversi dari BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas) yang katanya masih terus dilanjutkan. Namun kondisi selama dan baru-baru ini membuat harapan itu sedikit gamang kembali. Yakni mengenai program sejenis yang selama ini telah berjalan, yaitu gas untuk konsumsi rumah tangga, menggantikan minyak tanah. Banyak dilansir bahwa kembali terjadi kelangkaan stok gas 3 kg di pasaran. Entah sebab pastinya apa, namun seperti banyak diberitakan media, di beberapa daerah seperti Riau, Purwakarta dan mungkin beberapa tempat lagi mengalami hal ini. Bahkan karena mengikuti “hukum pasar”, harganya pun menjadi meroket melebihi harga patokan, malah banyak dugaan isinya tidak sesuai standar (kurang).
Sepertinya kejadian ini sebelumnya pernah beberapa kali terjadi. Sangat memerlukan perhatian pihak terkait ( Kementerian, Lembaga atapun BUMN/Pertamina, dsb.) yang berkewajiban menangani hal ini, mengingat bisa dikatakan kelancaran suplai gas bersubsidi ini merupakan cermin untuk dianggap serius atau tidaknya pemerintah dalam rencananya mengkonversi penggunaan BBM ke BBG nanti. Harus diidentifikasi permasalahannya secara pasti, apakah kelangkaan stok ini karena produksinya yang terhambat, kendala pada penyalurannya ataukah memang sengaja terdapat pihak yang tidak bertanggung jawab “memainkannya”, lalu dituntaskan penanganannya.
Tentu saja patut di apresiasi kebijakan konversi itu, tapi pemerintah harus menunjukkan kontinuitasnya. Memang, untuk pengalihan (konversi) BBM ke BBG membutuhkan waktu untuk mempersiapkan segala infrastruktur serta komponen pada kendaraan. Namun tentu bisa dijadikan pembanding, kalau penanganan terhadap kelancaran suplai gas untuk rumah tangga ataupun industri kecil (UKM) ini saja beberapa kali terjadi kendala, bagaimana dengan program konversi BBM ke BBG nantinya?
Ini sama-sama mengurusi tentang gas, lho. Yang satunya untuk kendaraan, yang satunya untuk masak, harus lancar semua. Kelangkaan seperti ini penting untuk segera di atasi dan jangan sampai terjadi lagi, agar rakyat pun yakin bahwa konversi ke BBG itu serius dan berhasil menekan penggunaan BBM. Gimana mau sukses BBG kalau gas 3 kg saja sering susah?
Salam.
.
.
C.S.
Harus tetap memasak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H