Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Money

Konversi BBM Ke BBG? Gas 3 Kg Saja Sering Susah!

28 Mei 2012   04:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Masih hangat dalam ingatan kita ketika kebijakan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi mengalami “kebingungan” dan tarik ulur menjadi terkesan tak pasti. Kenaikan harga dibatalkan (tunda), pembatasan hanya “jalan di tempat", dan yang pasti kuota terpaksa di tambah lagi, padahal APBN semakin “ngeri”.

Yang menjadi sedikit harapan bergerak ke depan adalah program konversi dari BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas) yang katanya masih terus dilanjutkan. Namun kondisi selama dan baru-baru ini membuat harapan itu sedikit gamang kembali. Yakni mengenai program sejenis yang selama ini telah berjalan, yaitu gas untuk konsumsi rumah tangga, menggantikan minyak tanah. Banyak dilansir bahwa kembali terjadi kelangkaan stok gas 3 kg di pasaran. Entah sebab pastinya apa, namun seperti banyak diberitakan media, di beberapa daerah seperti Riau, Purwakarta dan mungkin beberapa tempat lagi mengalami hal ini. Bahkan karena mengikuti “hukum pasar”, harganya pun menjadi meroket melebihi harga patokan, malah banyak dugaan isinya tidak sesuai standar (kurang).

Sepertinya kejadian ini sebelumnya pernah beberapa kali terjadi. Sangat memerlukan perhatian pihak terkait ( Kementerian, Lembaga atapun BUMN/Pertamina, dsb.) yang berkewajiban menangani hal ini, mengingat bisa dikatakan kelancaran suplai gas bersubsidi ini merupakan cermin untuk dianggap serius atau tidaknya pemerintah dalam rencananya mengkonversi penggunaan BBM ke BBG nanti. Harus diidentifikasi permasalahannya secara pasti, apakah kelangkaan stok ini karena produksinya yang terhambat, kendala pada penyalurannya ataukah memang sengaja terdapat pihak yang tidak bertanggung jawab “memainkannya”, lalu dituntaskan penanganannya.

Tentu saja patut di apresiasi kebijakan konversi itu, tapi pemerintah harus menunjukkan kontinuitasnya. Memang, untuk pengalihan (konversi) BBM ke BBG membutuhkan waktu untuk mempersiapkan segala infrastruktur serta komponen pada kendaraan. Namun tentu bisa dijadikan pembanding, kalau penanganan terhadap kelancaran suplai gas untuk rumah tangga ataupun industri kecil (UKM) ini saja beberapa kali terjadi kendala, bagaimana dengan program konversi BBM ke BBG nantinya?

Ini sama-sama  mengurusi tentang gas, lho. Yang satunya untuk kendaraan, yang satunya untuk masak, harus lancar semua. Kelangkaan seperti ini penting untuk segera di atasi dan jangan sampai terjadi lagi, agar rakyat pun yakin bahwa konversi  ke BBG itu serius dan berhasil menekan penggunaan BBM. Gimana mau sukses BBG kalau gas 3 kg saja sering susah?

Salam.

.

.

C.S.

Harus tetap memasak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun