Gila! Dia bagaikan telaga
Mata air yang tak pernah henti
Alirkan pagi penuh harum bunga
Hampir! Hampir saja aku memanggilnya pantai
Tapi tepian itu tak pernah menyuguhkan badai
Sebab setiap hembusnya
Adalah sentuhan candu rindu
Mengecup lekuk-lekuk indah puisinya
.
Gila! Aku ketagihan mengeja
Hadirnya setiap kata
di sela ranum bibirnya
Adalah bait-bait merayu jiwa
Tak perlu lagi kiranya
Untukku mengulang segala tanya
Dari surga yang mana
Ia hadirkan segalanya
Sebab,….gila!
Jawabnya adalah senyum
dan kibas lembut rambutnya
Lalu lentik jemari itu membasuh wajahku
Desahnya berbisik dalam sendu
“ Cinta, nikmatilah saja aku
Dewi yang yang tak pernah layu
Meski mentari mengusik lelap tidurmu “
.
.
C.S.
dia adalah kamu