Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bingung BBM: Kenapa Harus Pertamax?

3 Desember 2010   10:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:03 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291371331514744126

[caption id="attachment_78279" align="aligncenter" width="300" caption="kompas"][/caption] Rencana untuk menerapkan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, dalam hal ini premium akan segera diterapkan tahun depan. Tampaknya opsi terakhir yang akan dipilih adalah melarang seluruh kendaraan pribadi roda empat mengkonsumsi premium, hanya angkutan umum dan kendaraan roda dua/tiga yang diperbolehkan. Sepintas tampak praktis dan adil. Namun jika ditelisik lagi masih ada yang "kurang tepat" disini. Memang tujuannya jelas untuk mengurangi beban subsidi di APBN dan agar subsidi tepat sasaran. Ganjalan yang ada di benak saya adalah anggapan bahwa pemilik kendaraan roda empat adalah orang kaya. Jika mobil pribadi yang dimiliki adalah mobil mewah bolehlah kita menggeneralisasi. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak semua pemilik mobil pribadi selama ini berhitung dengan ketat akan anggaran BBM nya, tidak semua pemilik mobil pribadi resah dengan opsi ini, apalagi pemilik mobil keluaran 2005 kebawah yang notabene banyak golongan biasa-biasa saja (masih banyak mobil yang dimilikinya lebih murah daripada motor) yang sebelumnya telah berharap menikmati BBM bersubsidi/premium. Untuk mendukung tujuan pemerintah itu okelah jika BBM bersubsidi itu dibatasi namun jika opsi ini yang dipilih perlu dipikirkan hal-hal ini : 1. Layakkah mobil-mobil tua mengkonsumsi pertamax? apa nggak ringsek mesinnya? 2. Betapa besar biaya untuk rekondisi SPBU yang belum ber-pertamax? 3. Jika yang terlarang membeli bensin nonsubsidi itu hanya boleh mengonsumsi pertamax? tidakkah diperhitungkan jika mereka memilih membeli BBM non pertamina karena secara umum lebih bagus kualitasnya. Berapa rupiah yang beralih ke produsen luar negeri? Sebenarnya bukan masalah harga subsidinya yang mengganjal namun wajib beralih ke pertamax itu lah yang memberatkan. Bukankah BBM bersubsidi yaitu premium ini permasalahannya hanya diharga? Berapa sebenarnya harga premium jika tidak disubsidi? bukankah masih lebih murah dari pertamax karena mutunya berbeda?. Kenapa opsi ini tidak ditawarkan? Boleh membeli premium untuk mobil pribadi tapi dengan harga non subsidi. Saya yakin banyak yang bersedia kok.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun